Sabtu, 23 November 2024

Menduniakan Teater! Yupa dan Setiap Hari Coffee Kolaborasi, Sejarah dan Keinginan Diulas

Koresponden:
Achmad Tirta Wahyuda
Minggu, 28 Maret 2021 14:15

Suasana bincang-bincang teater di Setiap Hari Coffee, Jalan Juanda Samarinda/Diksi.co

DIKSI.CO, SAMARINDA - Peringati hari Teater Sedunia Teater Yupa Universitas Mulawarman berkolaborasi dengan Setiap Hari Coffee mengadakan bincang-bincang seputar sejarah teater dimulai sejak zaman Romawi hingga zaman Jokowi Presiden RI.

Helatan ini dibuka dengan penampilan dramatik reading dari anggota teater Yupa dengan naskah Sandiwara karya Sri Harjanto Sahid. 

Penampilan sepasang aktor ini membius pengunjung kedai yang diketahui berasal dari berbagai kalangan masyarakat.

Usai penampilan, rangkaian dilanjutkan diskusi teater dengan tajuk "Ngobrol Santai Sambil Ngopi".

Menghadirkan penggiat teater Samarinda, Ferry Bhatthara, Fachri Mahayupa, Slamat Er Yadi, dan Ketua Teater Yupa Siti Rahma. Berbagai topik diulas dengan tajam.

Pemantik diskusi, Slamat Er Yadi membuka bahasan mengenai pentingnya perayaan hari Teater Internasional. Sebutnya, dalam perjalanannya peradaban sosial politik di dunia tak lepas dari pemikiran kritis tokoh-tokoh teater dunia.

"Banyak tokoh-tokoh dunia juga orang teater. Kenapa dalam kalender peringatan hari teater gak dibuat tanggal merah juga?," lempar Yadi memulai diskusi.

Menimpali pertayaan tersebut, alumnus teater Yupa yang juga direktur Belajar Teater Ferry Batthara justru mengupas lebih dalam cerita di balik sejarah teater di Eropa.

Singkatnya, bersumber dari literasi yang ia baca dan ketahui sejarah teater di Eropa melalui proses yang panjang. Teater modern Barat yang saat ini berkembang sejarahnya tidak terlepas dari kemunculan teater klasik. Teater klasik berkembang jauh sebelum kemunculan teater modern. Berbagai bentuk teater berkembang di berbagai wilayah dan menjadi cikal bakal teater modern.

Sejarah kejayaan teater klasik di Eropa terutama pada zaman Yunani Klasik (sekitar 500-100 SM) dengan tokoh-tokohnya seperti Aeschylus, Sophocles, dan Euripides. Kemudian dilanjutkan zaman Romawi (sekitar 240 SM) saat bangsa Romawi mengalahkan Yunani.

Asal mula teater waktu dan tempat pertunjukan teater pertama kali dimulai tidak diketahui. Sejarah teater di Eropa setelah Roma jatuh, muncullah teater abad pertengahan sekitar tahun 1400-an - 1500-an. 

Namun teater pada abad pertengahan ini pun mengalami kemunduran pula. Hingga zaman Renaissance (1500-1700-an).

Seni teater mengalami kejayaan di Itali, dan berlanjut pada zaman Elizabeth (sekitar tahun 1558- 1603). 

Zaman ini memunculkan penulis Inggris terkenal, William Shakespeare (1564-1616) dengan karya-karyanya: Romeo dan Juliet, Pedagang Venesia. Mimpi di Tengah Musim Panas, Hamlet, Prahara, dan sebagainya.

Di zaman--zaman itu pula teater menjadi alat kritik pemerintah. Memunculkan gejolak perlawanan yang besar dimasyarakat.

"Secara subjektif saya pikir tidak berlebihan jika hari teater diberi tanggal merah dan dirayakan dengan pesta-pesta karya pertunjukkan," ujarnya.

Suasana semakin hangat meski wilayah Kota Samarinda sedang diguyur hujan yang cukup membuat ubun-ubun pengunjung basah.

Sementara itu, perempuan cantik berjilbab hitam disamping pemantik diskusi juga menceritakan pengalaman mengenal teater hingga saat ini menjabat sebagai Ketua Teater Yupa Universitas Mulawarman.

Masuk kuliah tidak pernah ada dalam benaknya bisa berakting diatas panggung teater. Berniat menyalurkan hobi make up Siti yang akrab disapa sprint terjebak nikmatnya pengalaman berinteraksi dengan banyak orang.

"Jelas semua yang saya dapat dari proses teater. Berbicara depan orang itu sulit, tapi saya diajarkan menguasai psikologi lawan bicara saya sampai candu untuk ngobrol dengan orang," ujarnya.

Tak kalah kerennya, pembicara terakhir, Fachri Mahayupa menyambung semua kata yang tumpah malam itu. 

Pergerakkan teater sekolah, teater kampus, hingga komunitas teater di Kalimantan Timur saat ini menurutnya telah bertransformasi membentuk pola kebiasaan.

Hanya saja, karya-karya besar hanya dapat menyentuh penikmatnya saja. Sementara dalam perjalanannya proses teater yang mahal akan ide gagasan besar seharusnya dapat dinikmati semua kalangan. Rakyat hingga pejabat.

Solusi konkrit ditawarkan pria yang diketahui telah menelurkan karya naskah teater hingga ke kancah Nasional. Salah satunya naskah berjudul Re-.

"Perlu dorongan dari berbagai pihak untuk merangsang minat menonton teater. Karya-karya tulis yang lahir dari para penulis di Samarinda perlu mendapat perhatian lebih. Ini tugas kita bersama menyebar luaskannya. Ini juga pilihan, apakah kita ingin tenggelam menyelami kedalam teks atau melayang dengan harapan-harapan," tuturnya.

Semangat diskusi ini berhasil juga menarik rasa penasaran penonton. Beberapa penonton turut mengajukan pertanyaan seputar topik pembahasan. Bahkan cuitan dari salah seorang penonton memantik debat, layaknya pertunjukkan teater sesungguhnya.

Menarik fakta yang terjadi selama pandemi Covid-19. Pertunjukkan teater dianggap mati suri oleh banyak orang. Namun semua itu terbantahkan saat riuh tepuk tangan penonton dan penyaji menutup rangkaian perayaan hari teater sedunia yang jatuh setiap 27 Maret setiap tahunnya. BRAVO TEATER INDONESIA. (tim redaksi Diksi)

Tag berita:
Berita terkait
breakingnews