Sabtu, 23 November 2024

Kapal Tak Lagi Berlabuh, Buruh Pelabuhan Terancam Kehilangan Pendapatan

Koresponden:
Muhammad Zulkifly
Jumat, 10 April 2020 9:30

Aktivitas terakhir bongkar muatan kapal di Pelabuhan Samarinda yang mengancam pendapatan para buruh. /Diksi.co

DIKSI.CO, SAMARINDA- Sejak diberlakukannya pembatasan aktivitas Pelabuhan Samarinda di Jalan Yos Sudarso, Kelurahan Pelabuhan, Kecamatan Samarinda Kota, pro-kontra tentu terus terjadi.

Meski perihal kedatangan kapal tanpa penumpang tak diinginkan sebagian besar masyarakat Kota Tepian, namun hal tersebut juga berdampak bagi para perusahaan yang merugi akibat tak lagi memuat penumpang.

Tak hanya para pemilik perusahaan, namun kerugian juga dialami bagi aspek terbawah dari mata rantai pelabuhan, yakni para buruh harian.

Mereka yang biasa menggantungkan hidupnya dari jasa panggul barang bawaan kapal ini harus memutar otak guna mencari lubang pencaharian lainnya.

Pasalnya, kapal terakhir yang bertambat di Pelabuhan Samarinda, Kamis (9/4/2020), ialah Kapal Motor (KM) Prince Soya yang tak akan lagi beroperasi sampai jangka waktu yang belum ditentukan.

Informasi dihimpun, ada sekira 150 buruh pelabuhan yang kini terancam nasibnya lantaran tak lagi bisa bekerja. Terlebih para buruh tergolong memiliki perekonomian menengah ke bawah dan tak punya penghasilan tetap.

Sempat berbincang dengan Darwis, koordinator Buruh Angkut Pelabuhan Samarinda. Wacana pemilik kapal yang akan menghentikan pelayaran, membuat pria 38 tahun itu bingung bagaimana memenuhi kebutuhan keluarganya.

"Kalau engga kerja, berarti isi piring tidak ada, Pak," ucap Darwis dengan lesu.

Kalau dirata-rata, kata Darwis, dalam dua hari biasa ia dengan rekan seprofesinya mengantongi Rp300 ribu. Berarti, normalnya dalam sehari mereka bisa mendapatkan penghasilan Rp150 ribu. Tapi, itu pun tak menentu. Tergantung aktivitas bongkar muat yang menggunakan jasa mereka.

"Ya engga tentu, kadang di atas kadang di bawah itu pendapatan kami," terangnya.

Turunnya pendapatan para buruh ini rupanya telah terasa sejak awal merebaknya isu Covid-19 di Kota Tepian.

"Sejak kemarin-kemarin ya pendapatan sudah mulai menurun. Apalagi sekarang engga ada penumpang berarti yang pakai jasa kami juga berkurang," imbuhnya seraya menatap bentang Sungai Mahakam.

Dirinya berharap agar pelabuhan masih dapat beraktivitas seperti biasanya. Paling tidak, ada aktivitas bongkar muat. Hanya tenaga sebagai buruh angkut saja yang selama ini memenuhi keperluan sehari-harinya.

"Harapannya saya bisa jalan seperti semula, kalau tidak kami yang terdampak paling besar," tutupnya. (tim redaksi Diksi)

Saefuddin Zuhri/Diksi.co

Tag berita:
Berita terkait
breakingnews