DIKSI.CO, SAMARINDA- Sejak diberlakukannya pembatasan aktivitas Pelabuhan Samarinda di Jalan Yos Sudarso, Kelurahan Pelabuhan, Kecamatan Samarinda Kota, pro-kontra tentu terus terjadi.
Meski perihal kedatangan kapal tanpa penumpang tak diinginkan sebagian besar masyarakat Kota Tepian, namun hal tersebut juga berdampak bagi para perusahaan yang merugi akibat tak lagi memuat penumpang.
Tak hanya para pemilik perusahaan, namun kerugian juga dialami bagi aspek terbawah dari mata rantai pelabuhan, yakni para buruh harian.
Mereka yang biasa menggantungkan hidupnya dari jasa panggul barang bawaan kapal ini harus memutar otak guna mencari lubang pencaharian lainnya.
Pasalnya, kapal terakhir yang bertambat di Pelabuhan Samarinda, Kamis (9/4/2020), ialah Kapal Motor (KM) Prince Soya yang tak akan lagi beroperasi sampai jangka waktu yang belum ditentukan.
Informasi dihimpun, ada sekira 150 buruh pelabuhan yang kini terancam nasibnya lantaran tak lagi bisa bekerja. Terlebih para buruh tergolong memiliki perekonomian menengah ke bawah dan tak punya penghasilan tetap.
Sempat berbincang dengan Darwis, koordinator Buruh Angkut Pelabuhan Samarinda. Wacana pemilik kapal yang akan menghentikan pelayaran, membuat pria 38 tahun itu bingung bagaimana memenuhi kebutuhan keluarganya.
"Kalau engga kerja, berarti isi piring tidak ada, Pak," ucap Darwis dengan lesu.