DIKSI.CO, BALIKPAPAN - Tak ingin menjadi petani yang biasa-biasa saja, petani di Joglo Tani Kolong Langit Samboja Kabupaten Kutai Kartanegara binaan Eni Muara Bakau memutar otak bagaimana caranya untuk menjadi petani yang makmur dan membuat komunitasnya tetap hidup.
Petani memaksimalkan penggunaan lahan yang tidak digarap dan tidak produktif untuk memastikan kelestarian lingkungan dengan filosofi "Makan apa yang kita tanam, tanam apa yang kita makan".
Ketua Kelompok Joglo Tani Kolong Langit Muhtadin, mengatakan bahwa saat ini petani di sana sudah mampu menghasilkan rupiah yang menjanjikan melalui bertani di kawasan seluas sekitar 45 hektare itu.
"Awal mualnya kami bertani hanya perkomoditas saja, lalu paradigma kami berubah menjadi pertanian yang berkesinambungan, dan bergeser lagi menjadi petani hulu ke hilir," kata Ketua Kelompok Joglo Tani Kolong Langit Muhtadin, Kamis (28/7/2022).
Inisiatif didirikannya Joglo Tani ini dipicu oleh tingginya harapan masyarakat lokal untuk bekerja di perusahaan yang membutuhkan kompetensi khusus karena biaya, risiko, dan teknologi yang tinggi.
"Karena kami belajar banyak petani yang macet di tengah jalan, atau anak mudah yang tidak mau jadi petani. Sementara petani tidak akan bisa maju kalau hanya menjadi petani itu saja," ujarnya.
Muhtadin bersama anggotanya pun menggali potensi di Joglo yang kaya akan pupuk, di satu sisi subsidi pupuk untuk petani pun dicabut oleh pemerintah, obat-obatan mahal. Petani Joglo Tani terus berfikir untuk membeli pupuk saja tidak akan balik modal.
"Nah alhamdulillah dari hulunya, dengan difasiltiasi Eni Muara Bakau dan SKK Migas kita buat rumah kompos, kami berinovasi, dan kami memproduksi produk kompos kami sendiri," katanya.
Tak hanya bergantung menikmati bantuan yang diberikan Eni Muara Bakau saja, pengolahan hasil pertanian untuk menciptakan barang-barang dengan nilai tambah yang lebih tinggi, seperti permen dari buah-buahan, kerupuk yang terbuat dari sayuran, juga dipikirkan para petani Joglo Tani Kolong Langit ini.
"Kalau hilirnya, kita membuat turunan dari produk kita, seperti salah tiganya ada permen yang terbuat dari nangka dan sirsak, lalu sambal kemasan dalam beberapa varian, buah-buahan seperi golden melon," katanya
Ia mencontohkan seperti saat ini cabe yang harganya melangit, petani harus memikirkan turunannya, seperti dalam bentuk sambal kemasan yang kalau sudah diolah kadaluarsanya lebih lama dibadingkan cabe itu sendiri, dan bisa menaikkan harganya.
"Itu salah satunya cara petani kami bisa sukses. Alhamdulillah kami di Joglo tidak terlalu keluh kesah dengan pemasaran, SKK Migas juga selalu order, malah kira yang kewalahan saking banyaknya konsumen kita," cerita Muhtadin.
Selain itu, petani wanita yang juga merupakan Anggota Joglo Tani Kolong Langit Reni, sangat berterima kasih dengan bantuan yang diberikan Eni Muara Bakau selama ini, dan mengajak masyarakat bahwa petani itu menjanjikan, dan bisa sukses.
"Petani di sini memang masalahnya adalah modalnya kurang, alhamdulillah Eni Muara Bakau membantu kami di Joglo, sekarang petani yang sudah mulai bergerak dan mau bertani," kata Reni.
Sudah ada lebih dari 50 keluarga terlibat bertani dan meraup keuntungan jutaan rupiah berdasarkan komoditas barang yang panen per kurun waktu mingguan, atau bulanan.
"Sangat terbantu oleh dana bergulir dari Eni alhamdulilah petani Joglo lebih terarahkan," katanya.
Sementara itu, Sustainability Management Coordinator Eni Muara Bakau, Nurjamroji, mengatakan Eni Muara Bakau mendukung pembangunan sosial ekonomi lokal secara mandiri dan berkelanjutan dalam hal ini bidang pertanian di Joglo Tani Kolong Langit.
"Di Joglo Tani ini progressnya selalu meningkat, selalu ada penambahan inovasi atau tempat baru yang dibuat agar pertanian ini terus berjalan," kata Nurjamroji.
Program keberlanjutan Eni bekerja sama dengan pemerintah daerah dan masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan tingkat ekonomi lokal dengan menciptakan peluang berdasarkan pertanian mereka, keterampilan sekaligus mengurangi ketergantungan mereka pada perusahaan. (tim redaksi Diksi)