Ia menyebut bullying seperti fenomena gunung es, hanya ada beberapa kasus yang berhasil muncul ke permukaan.
“Anak-anak sekarang kan sudah pegang ponsel, biasanya mereka punya grup WhatsApp. Dari situ saja bisa dilihat banyak bullying secara verbal,” ungkapnya.
Orang tua maupun guru di sekolah harus bekerjasama untuk melakukan pencegahan karena bullying secara bisa memicu tindakan yang lebih besar, bahkan tak jarang bisa melukai fisik hingga terjadi pembunuhan.
Deni mengaku sudah menyampaikan hal tersebut kepada Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) serta mengimbau sekolah bisa memanfaatkan tim anti bullying.
Dengen begitu, ia berharap agar kasus bullying bisa ditekan sehingga tidak ada lagi kasus-kasus kekerasan yang berujung trauma, maupun kematian. (Adv/DPRD Samarinda)