Dorong Transformasi Ekonomi Berkelanjutan, Pemkab Kutim Bersiap Hadapi Masa Pascatambang

DIKSI.CO, KUTIM – Langkah pasti diambil Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kutai Timur (Kutim) untuk mengurangi ketergantungan terhadap sektor batu bara.
Langkah strategis ini dilakukan sebagai persiapan memasuki era pascatambang, sekaligus memastikan perekonomian daerah tetap tumbuh secara berkelanjutan di masa depan.
Melalui berbagai program pembangunan dan kebijakan terarah, Pemkab Kutim tengah berupaya menciptakan fondasi ekonomi baru yang lebih kuat, inklusif, dan ramah lingkungan.
Bupati Kutai Timur, Ardiansyah Sulaiman, menegaskan bahwa transformasi ekonomi tidak boleh menunggu hingga seluruh operasi tambang berhenti.
Menurutnya, perubahan struktur ekonomi harus dilakukan sejak sekarang, pada saat sektor tambang masih berperan besar, agar transisi menuju ekonomi nonbatu bara dapat berlangsung mulus.
Ia menekankan pentingnya memperkuat sektor lain seperti pertanian, perkebunan, peternakan, energi terbarukan, serta pariwisata sebagai tulang punggung baru perekonomian Kutim.
Selama ini, batu bara menjadi sumber pendapatan utama daerah.
Namun, pemerintah menyadari bahwa karakter industri ekstraktif bersifat sementara dan memiliki keterbatasan waktu produksi.
Karena itu, Pemkab Kutim berkomitmen menyiapkan arah pembangunan jangka panjang yang lebih beragam dan tidak menyandarkan masa depan pada sektor tunggal.
Salah satu langkah konkret transformasi ekonomi terlihat pada pengembangan energi terbarukan di beberapa kecamatan.
Ardiansyah mencontohkan wilayah Karangan dan Muara Bengkal yang telah berhasil memanfaatkan biomassa sawit sebagai sumber energi alternatif.
Di dua wilayah tersebut, masyarakat menggunakan biodiesel berbahan dasar sawit sebagai sumber listrik sebelum pasokan dari PLN masuk.
Inovasi ini tidak hanya menjawab kebutuhan energi, tetapi juga menggerakkan ekonomi lokal melalui pengolahan limbah dan hasil perkebunan sawit.
“Pemanfaatan energi terbarukan berbasis potensi lokal ini menjadi bukti bahwa Kutim mampu mandiri dan berinovasi,” kata Ardiansyah.
Ia berharap konsep serupa dapat diperluas ke wilayah lain untuk mendukung ketahanan energi daerah sekaligus mendorong ekonomi hijau.
Ia juga memberikan perhatian khusus terhadap tanggung jawab sosial perusahaan tambang.
Ia menegaskan bahwa kontribusi perusahaan tidak boleh berhenti ketika aktivitas pertambangan berakhir.
“Kami tidak ingin Kutim hanya menjadi cerita nostalgia setelah tambang selesai. Daerah ini harus terus hidup dan produktif,” tegasnya.
Melalui pendekatan tersebut, pemerintah ingin memastikan bahwa hadirnya industri tambang memberikan manfaat jangka panjang bagi masyarakat.
Tidak hanya dalam bentuk pekerjaan sesaat, tetapi juga peningkatan kualitas hidup, infrastruktur, pendidikan, hingga peningkatan kapasitas sumber daya manusia.
Untuk memperkuat keberlanjutan ekonomi, Pemkab Kutim menyiapkan regulasi serta pola kemitraan yang lebih adil antara perusahaan tambang dan masyarakat lokal.
Kebijakan ini diharapkan mampu menciptakan hubungan saling menguntungkan yang bertahan hingga masa pascaoperasi tambang.
“Kita ingin kesejahteraan ini berlanjut sampai generasi berikutnya. Anak-anak muda kita saat ini harus membayangkan masa depan 20–40 tahun mendatang,” tegasnya.
Dengan regulasi yang tepat, pemerintah ingin memastikan bahwa masyarakat Kutim memiliki peluang ekonomi baru setelah aktivitas tambang berhenti.
Termasuk di dalamnya pengembangan usaha masyarakat, penyediaan lapangan kerja baru, hingga transfer keterampilan dari sektor industri ke sektor-sektor potensial lainnya.
Transformasi ekonomi yang sedang berjalan merupakan perjalanan panjang yang membutuhkan komitmen kuat dari pemerintah, dunia usaha, dan seluruh elemen masyarakat.
Namun, Pemkab Kutim optimistis bahwa upaya ini akan membawa hasil signifikan bagi masa depan daerah.
Dengan memanfaatkan potensi lokal dan memperkuat sektor-sektor produktif, Kutim berharap dapat membangun ekonomi yang lebih mandiri, tidak rentan terhadap fluktuasi harga komoditas, serta mampu memberikan kesejahteraan bagi generasi mendatang.
Transformasi ini bukan sekadar pergeseran sektor ekonomi, melainkan upaya bersama untuk menciptakan masa depan Kutim yang lebih hijau, inklusif, dan berdaya saing tinggi. (adv)