"Mimpi Presiden jadikan IKN kota terbaik dunia, tapi fungsi krusial Kalimantan sebagai paru-paru dunia akan terdampak luar biasa," kata Haris Retno.
Menurutnya, warga dunia tidak butuh kota yang cantik, karena pada dasarnya mereka memiliki kota tersendiri. Yang dibutuhkan ialah fungsi ekologi yang tidak bisa digantikan oleh teknologi.
"Yang dibutuhkan masyarakat Kaltim itu penyelesaian problem ekologis dan ekonomi yang dihadapi," tegasnya.
Senada dengan Haris Retno, Ekonom Faisal Basri juga menilai berlangsungnya proyek pemindahan IKN ke Kaltim justru lebih banyak mendatangkan mudarat ketimbang maslahatnya.
Bahkan, dengan pembangunan IKN yang menggunakan dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) itu sama saja Jokowi melanggar janjinya.
"Karena Jokowi sudah mengatakan 100 persen pembangunannya akan dibiayai oleh non APBN," terang dia.
Faisal menyampaikan ketika IKN pindah ke Kalimantan, memang Kaltim akan merasakan terdongkraknya pendapatan dari sektor pembangunan. Namun demikian Provinsi di Kalimantan lainnya berdasarkan hasil kajian INDEF menunjukkan dampak yang nol koma.