Saya juga sempat depresi di sini. Karena syok kan, sempat pulang dari rumah sakit pas awal-awal dirawat, dinyatakan negatif. Tapi pas sudah di rumah, tiba-tiba dinyatakan positif dan harus diisolasi kembali. Jadi beberapa hari harus menyesuaikan diri di situ.
Awal-awal juga banyak sekali masyarakat yang kurang peduli. Jadi itu kan ada informasi ini lah, itu lah tengang saya.
Nama saya itu bocor ke media sosial dan WhatsApp, dan banyak yang komen negatif lah. Tapi saya bersyukur banyak juga yang kasih semangat. Dari situ saya mulai bangkit, karena kena Covid-19 bukan aib. Saya mau menunjukan bisa bangkit dan sembuh dari penyakit ini.
Siti Nurhalizah, Pasien Covid-19 yang Dinyatakan Sembuh di Berau
-------------------------------------------------------------------------------------------
DIKSI.CO, SAMARINDA - Pagi hari, sekira pukul 07.00 Wita, Siti Nurhaliza tengah menyiapkan diri memulai rutinitas harian.
Tubuhnya harus bergerak, tubuhnya harus berkeringat. Barangkali itu lah yang ada dalam benaknya.
Ica--- Sapaan akrabnya, adalah salah satu pasien konfirmasi positif yang dirawat di RSUD Abdul Rivai Berau.
Olahraga pagi hari merupakan treatment pemulihan kesehatannya. Rekomendasi dokter, Ica diminta melakukan lari-lari kecil di dalam ruangan isolasinya yang seluas 4x5 meter itu. Tidak melulu lari, Ica memilih menyalurkan hobinya menari, tujuannya mencari keringat. Dari dari kreasi hingga tradisional ditarikan. Kegiatan itu tak pernah bosan dilakukannya, meski memang Ica mengaku ruangan isolasi tempat ia dirawat sedikit pengap dan gerah.
"Di ruang perawatan kan gak boleh dibuka, ventilasi udara pun gak boleh dibuka. Gak ada AC, dan gak boleh pakai kipas angin, jadi ya agak berasa agak gerah," kata Ica, bercerita kepada redaksi Diksi.co.
Itu adalah sedikit cerita dari Siti Nurhaliza, selama perawatan. Dia telah dinyatakan sembuh dari Covid-19, dan diperkenankan pulang pada Minggu (17/5/2020).
Diksi.co, berkesempatan mendengar cerita Ica selama perawatan di RSUD Abdul Rivai, bahkan masa awal dia dinyatakan positif corona.
Rasa bahagia terdengar dari nada bicara saat dihubungi via telepon miliknya. Dirawat sejak 2 April 2020, kini ia bisa kembali bersama keluarga di Sambaliung, Berau.
"Ya, pasti senang, bahagia karena sudah dinyatakan sembuh, tapi sedih juga karena masih ada kakak yang dirawat di sana," ungkapnya.
Rasa sedih masih ada, sang kakak masih dirawat di rumah sakit, lantaran juga terkonfirmasi Covid-19. Kakaknya dirawat sejak 30 April 2020, hingga kini masih menjalani perawatan. Sang kakak diketahui memiliki riwayat perjalanan ke Samarinda.
Ica lalu bercerita pengalamannya dirawat di ruang isolasi Covid-19. APD yang kurang di RSUD Abdul Rivai membuat tenaga medis (perawat dan dokter) sangat dibatasi interaksinya dengan pasien.
"Karena APD kurang, jadi interaksi dengan pasien dikurangi. Jadi ada jam-jam khususnya gitu. Maksimal 1 hari, dua kali aja ketemunya. Interaksi dengan perawat atau dokter itu lebih banyak via chat WhatsApp," katanya.
"Untuk makanannya sempurna, gizi diperhatikan dan dijaga untuk pemulihan kondisi pasien," sambungnya.
Untuk mengusir kebosanan selama masa isolasi di rumah sakit, Ica memfokuskan dirinya menyelesaikan tugas akhir kampus, video call dengan keluarga, berselancar di dunia maya dan media sosial, serta tentu saja istirahat yang cukup.
"Menghilangkan bosan, karena saya masih muda, ya masih aktif aktif-nya di media sosial. Buka Instagram, Tiktok, dan nonton Youtube. Dalam ruang isolasi sebenarnya ada TV. Cuma saya tipikalnya tidak suka nonton TV jadi selama perawatan gak pernah nyala," ungkapnya.
Sosok kuat Ica, terlihat saat dia membagi fokus, antara menjalani perawatan Covid-19 dan keinginan lulus dari kuliah D3 Kebidanan.
Tiap hari, ia menguatkan diri menyelesaikan tugas akhir. Dibayar lunas, Ica bahkan menjalani sidang tugas akhir secara online di ruang isolasi RSUD Abdul Rivai.
"Alhamdullilah, pendadaran kemarin dari ruang isolasi, kampus memudahkan pengambilan data, dan ujiannya juga via online. Awalnya gak ngerjain, karena melihat kondisi saya yang seperti ini, akhirnya mulai menerima keadaan, mulai saya pelan-pelan untuk ngerjain tugas akhirnya. Sidang online dan akhirnya lulus," tegasnya.
Tidak selalu kuat menjalani hidup sebagai penderita Covid-19, Siti Nurhalizah juga mengalami depresi saat di awal dirinya dinyatakan konformasi positif Covid-19.
Ica terpuruk, ketika namanya bocor di media sosial sebagai pasien corona. Semakin down ketika sempat pulang dari rumah sakit pas awal-awal dirawat, dinyatakan negatif. Namun ternyata, tidak butuh waktu lama, Ica kembali dihubungi pihak rumah sakit.
"Tapi pas sudah di rumah, tiba-tiba dinyatakan positif dan harus diisolasi kembali. Jadi beberapa hari harus menyesuaikan diri di situ. Saya sangat depresi, awal-awal banyak sekali masyarakat yang kurang peduli. Jadi itu kan ada informasi ini lah, itu lah tengang saya," keluhnya.
Nama saya itu bocor ke media sosial dan WhatsApp, dan banyak yang komen negatif lah. Tapi saya bersyukur banyak juga yang kasih semangat. Dari situ saya mulai bangkit, karena kena Covid-19 bukan aib. Saya mau menunjukan bisa bangkit dan sembuh dari penyakit ini," tutupnya. (tim redaksi Diksi)