"Karena selama 10 tahun kedepan, mereka mempersiapkan dana 10 million pound sterling, dan rata-rata setahunnya mengeluarkan dana 3 milion pound sterling. Ini yang mau saya kejar," lanjutnya.
Perkiraan dari pakar ahli karbon ujarnya, Kaltim baru dinilai 30 juta ton karbondioksida equivalen (CO2eq) sampai tahun 2021, berarti tahun 2022, 2023 dan 2024 bisa mencapai lebih kurang 100 juta ton karbon dioksida equivalen.
Sementara, harga pasar menurut bukan 5 USD per tonnya, tapi diatas 10 USD. Jadi kalau harganya 100 juta metrix ton dan dikalikan 10.
"Atau kira-kira 1 milion USD, dan 1 milion USD dikalikan Rp15 ribu berarti Rp15 triliun," tegasnya.
Isran Noor menegaskan sampai saat ini Kaltim masih terus berjuang untuk mendapatkan peningkatan penerimaan daerah melalui bagi hasil penerimaan dari sumber daya alam, seperti kelapa sawit dan menjual karbon.
"Selain dana emisi karbon, Kaltim juga berjuang untuk Dana Bagi Hasil (DBH) sawit yang saat ini sedang diperjuangkan daerah-daerah penghasil kelapa sawit," tegasnya. (tim redaksi Diksi)