Sabtu, 23 November 2024

Tak Diberdayakan Dalam Pendistribusian Sembako, Nasib Sopir Angkot Kian Merana di Tengah Pandemi

Koresponden:
Muhammad Zulkifly
Minggu, 26 April 2020 8:15

Kamaryono (kiri) bersama rekan seprofesinya yang saat ini nasib mereka kian tak menentu di tengah masa darurat pandemi Covid-19/Diksi.co

DIKSI.CO, SAMARINDA- Sejak merebaknya angkutan berbasis daring alias ojek online (ojol) di Kota Tepian membuat nasib para sopir angkutan kota (angkot) kian tak menentu.

Terlebih di tengah kondisi pandemi seperti saat ini. Pulang dengan tangan kosong, kerap didapati para sopir angkot saat ini. Bahkan 508 sopir angkot yang tergabung Organisasi Gabungan Transportasi (Orgatrans) kerap merugi, lantaran harus mengeluarkan biaya bahan bakar minyak (BBM) tanpa mendapat penumpang.

Dijumpai di sela-sela kegiatannya, Ketua Orgatrans Kamaryono mengaku kondisi saat ini semakin tak berpihak kepadanya, maupun rekan seprofesinya.

Selain kalah saing dengan para dirver ojol, kondisi pandemi sekarang semakin memperburuk keadaan mereka. Ibarat kata hidup segan, mati pun tak mau.

Kamaryono bersama rekan-rekannya yang telah menggantungkan harapan dari profesinya ini sejak belasan hingga puluhan tahun silam kini tak tahu lagi harus berbuat apa.

"Kalau diibaratkan penyakit, kondisi kami ini sudah stadium empat," kata Kamaryono, Minggu (25/4/2020).

Sebelum memasuki masa darurat pandemi, kata Kamaryono, ia beserta rekannya biasa mendapatkan hasil harian bersih berkisar Rp50-70 ribu per hari.

Namun sayang, kondisi saat ini untuk mendapatkan pundi yang tak seberapa itu hanya sebatas angan belaka. Jangankan berharap penghasilan, untuk biaya BBM saja, para sopir angkot harus merogoh kantongnya lebih dalam.

"Kami keliling saat ini sepi sekali, kalaupun ada cuma dua, nggak nutup biaya bensin, belum lagi setoran Rp 50 ribu ke pemilik angkot," jelasnya.

Maka dari itu, Kamaryono sangat mengharap adanya bantuan dan perhatian dari pemerintah untuk memikirkan nasib para sopir angkot saat ini.

Setidaknya memberikan bantuan pekerjaan lainnya, semisal menjadi tenaga pengantar sembako bantuan warga terdampak Covid-19 seperti yang dilakoni para pengemudi ojol.

Keluhnya, pemerintah saat ini lebih memilih menggunakan jasa transportasi ojek online (ojol) untuk mengantarkan paket sembako.

"Bisa jadi karena staf presiden (Joko Widodo) pimpinannya ojek online makanya lebih memerhatikan ke sana (ojol), sedangkan kami tidak diperhatikan," ungkapnya kecewa.

"Padahal kami ini juga sama-sama terdampak. Kalau yang online (ojol) masih bisa bekerja, soalnya kan masih bisa order makanan," sambungnya.

Kamaryono menilai, jika pihak angkot dilibatkan, maka akan jauh lebih banyak mengangkat sembako. Dia membandingkan, jika satu ojek online hanya mengangkat satu paket sembako, maka angkot dapat mengangkat 20 paket sembako.

Kamaryono akan mengajukan permohonan ke Dinas Sosial (Dinsos) agar jasa para sopir angkot dapat dipergunakan dalam pendistribusian paket sembako pada Senin (27/4/2020).

"Kalau tidak begitu (ajukan permohonan), bisa mati kelaparan teman-teman ini," jelasnya.

Dirinya berharap, agar Pemkot Samarinda dapat mempertimbangkan permohonan para sopir angkot. Keterlibatan tersebut menjadi salah bentuk bantuan konkret.

"Harapannya agar bisa diperhatikan juga. Biar asap dapur kami ini masih bisa ngebul (kebutuhan pakan terpenuhi)," pungkasnya. (tim redaksi Diksi)

Saefuddin Zuhri/Diksi.co

Tag berita:
Berita terkait
breakingnews