DIKSI.CO, SAMARINDA- Sejak merebaknya angkutan berbasis daring alias ojek online (ojol) di Kota Tepian membuat nasib para sopir angkutan kota (angkot) kian tak menentu.
Terlebih di tengah kondisi pandemi seperti saat ini. Pulang dengan tangan kosong, kerap didapati para sopir angkot saat ini. Bahkan 508 sopir angkot yang tergabung Organisasi Gabungan Transportasi (Orgatrans) kerap merugi, lantaran harus mengeluarkan biaya bahan bakar minyak (BBM) tanpa mendapat penumpang.
Dijumpai di sela-sela kegiatannya, Ketua Orgatrans Kamaryono mengaku kondisi saat ini semakin tak berpihak kepadanya, maupun rekan seprofesinya.
Selain kalah saing dengan para dirver ojol, kondisi pandemi sekarang semakin memperburuk keadaan mereka. Ibarat kata hidup segan, mati pun tak mau.
Kamaryono bersama rekan-rekannya yang telah menggantungkan harapan dari profesinya ini sejak belasan hingga puluhan tahun silam kini tak tahu lagi harus berbuat apa.
"Kalau diibaratkan penyakit, kondisi kami ini sudah stadium empat," kata Kamaryono, Minggu (25/4/2020).
Sebelum memasuki masa darurat pandemi, kata Kamaryono, ia beserta rekannya biasa mendapatkan hasil harian bersih berkisar Rp50-70 ribu per hari.