Tim Perumusan Masalah Komite Persiapan Pembentukan Serikat Pekerja Kampus juga menemukan bahwa 58% tenaga kependidikan merasa bahwa penghasilannya tidak mencukupi kebutuhan hidup. Para pendiri berharap SPK dapat menjadi wadah berdiskusi dan medium advokasi untuk memperjuangkan kesejahteraan dan kepentingan pekerja kampus di Indonesia.
“Isu-isu yang menjadi perhatian utama SPK mencakup permasalahan kesejahteraan, beban kerja akademik dan nonakademik, diskriminasi dalam sistem kerja, tidak adanya kesetaraan dan kebebasan akademik, serta terabaikannya hak-hak pekerja kampus.
“Kongres ini merupakan langkah awal aksi kolektif para pekerja kampus untuk mencapai tujuan bersama. Kami berharap semua pekerja kampus dapat berkolaborasi, saling membantu dan urun rembuk untuk menghadapi segala macam tantangan para pekerja kampus,” kata Kanti.
Selain pekerja kampus, berbagai serikat dan organisasi juga telah menyatakan dukungan bagi pendirian SPK.
“Kebebasan akademik menghadapi ancaman di berbagai tempat di dunia. Akademisi dan mahasiswa menghadapi ancaman persekusi dan hukuman disiplin karena menyebarkan gagasan dan mengajukan pertanyaan. Pemerintah menarik pendanaan pendidikan untuk alasan politis dan semakin sulit bagi akademisi untuk mempertahankan pekerjaan tetap. Kami melihat ini di mana-mana: Afghanistan, Brazil, China, Hungaria, Nikaragua, Amerika Serikat, Venezuela,” kata Daniel Munir dari Scholars at Risk, sebuah jejaring internasional yang mengadvokasi kebebasan akademik di seluruh dunia.
“Di Indonesia, anggota komunitas akademia juga menghadapi tantangan dalam kebebasan akademik, mulai dari persekusi hingga undang-undang dan kebijakan yang menekan riset, ekspresi akademik, dan kolaborasi internasional. Tekanan-tekanan ini harus ditanggapi dengan solidaritas di antara komunitas pendidikan tinggi dan semua yang memahami pentingnya kebebasan akademik bagi masyarakat,” lanjutnya.
Daniel memberikan dukungan penuh untuk pendirian SPK.
“Upaya ini hadir di waktu yang tepat dan akan berdampak bagi gerakan global untuk kebebasan akademik,” katanya.
(tim redaksi)