DIKSI.CO, SAMARINDA - Rumah relawan pelatihan pemantau TPS calon 02 di Samarinda, mendapat intimidasi oknum.
Intimidasi dilakukan oleh sekelompok orang tak dikenal, pada Jumat malam (4/12/2020).
Intumidasi itu, terlihat di video yang beredar di grup-grup jurnalis di Samarinda, dalam video tersebut sekumpulan orang melabrak perekrutan relawan pemantau TPS salah satu paslon peserta Pilwali Samarinda 2020.
Sekumpulan orang yang menjadi sudut pandang kamera video tersebut, menuduh kegiatan tersebut sebagai tindakan politik uang.
Redaksi Diksi.co, mencoba mengkonfirmasi wanita tertuduh dalam video tersebut, guna mengetahui kejadian sebenarnya.
Perempuan tersebut bernama Wiwin, Pelatih Relawan Pemantau TPS.
Dirinya yang diketahui kerabat dari salah seorang jurnalis di Samarinda, mengaku kegiatan tersebut adalah rekrutmen dan pelatihan warga yang hendak jadi relawan pemantau TPS untuk pasangan calon Andi Harun-Rusmadi.
"Kami kan mengajak warga menjadi relawan pemantau TPS, tapi orang salah nangkap. Dikiranya kami memberi uang, tapi kami sebenarnya langsung menggaji mereka yang mendaftar jadi relawan pemantau," kata Wiwin, dihubungi Jumat malam.
Menurut Wiwin kegiatan yang dilakukan pihaknya merupakan kegiatan resmi dari Badan Pemenganan Pasangan Andi Harun-Rusmadi. Bahkan, pihaknya telah mengantongi mandat pelaksanaan pelatihan tersebut.
"Surat mandat kami punya, gak sembarangan kami buat kegiatan," jelasnya.
Wiwin lalu menjelaskan kronologi penggrebekan oleh sekelompok orang tak dikenal tersebut. Dalam kejadian, kelompok tersebut berjumlah 4 orang, dan memaksa mengambil uang dari agenda pelatihan itu.
"Saya sudah jelaskan, tapi mereka ngotot, ngamuk. Itu kayak (orang) salah satu paslon yang mau menjatuhkan (paslon) kami," jelasnya.
Di lokasi, Wiwin bersama 2 rekannya melakukan pelatihan di Jalan Muso Salim, Gang 9. Warga nampak hadir mendaftar sebagai relawan, semua berjalan normal.
Namun penuturannya, sekelompok orang datang mendobrak sambil menendang pintu berkali-kali, padahal kala itu pintu rumah tidak tertutup.
"Mereka itu seolah menggrebek kami. Pintu itu gak ditutup, dia nginjak pintu kami, langsung mendobrak, seolah-oleh mereka itu polisi. Kami tidak takut, kami gak bagi-bagi uang," paparnya.
Bahkan ada banyak warga hadir di kegiatan tersebut membenarkan mereka mendaftar jadi relawan TPS, namun kesaksian tersebut tidak digubris oleh sekelompok orang tersebut.
Wiwin menambahkan, saat mendatangi pihaknya, kelompok orang tersebut memaksa menyita uang yang seharusnya jadi honor relawan.
"Video yang viral itu terpotong, kalau lengkap mereka masuk mendobrak dan ngomong kasar. Ada lagi warga yang ditarik tangannya sampai berbekas merah," sambungnya.
Wiwin membenarkan honor relawan pemantau TPS sebesar Rp 200 ribu. Namun dirinya menegaskan kegiatan tersebut resmi dan tidak menyalahi aturan.
"Memang honornya orang yang mau jadi relawan TPS Rp;200 ribu honornya. Kami gak salah, kami bawa surat mandat," pungkasnya. (tim redaksi Diksi)