DIKSI.CO, SAMARINDA - Kaltim belum bisa memenuhi pasokan daging secara lokal.
Kebutuhan konsumsi daging di Bumi Mulawarman berkisar 60 ekor sapi per tahun, dan daging beku sekira 40 ekor sapi.
Sementara kemampuan lokal hanya berkisar 25 persen dari kebutuhan konsumsi daging per tahunnya.
I Gusti Made Jaya Adhi, Kabid Pengembangan Kawasan Usaha Peternakan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kaltim, menerangkan guna memenuhi kebutuhan lokal, daging sapi dipasok dari daerah luar Kaltim.
"Kemampuan lokal kita baru memenuhi 25 persen dari kebutuhan 60 ribu ekor sapi setiap tahunnya. Untuk daging beku setara 40 ekor sapi," kata I Gusti Made Jaya Adhi.
Memenuhi kebutuhan lokal, beberapa program disusun dinas peternakan.
Salah satunya membangun kemitraan dan kerja sama dengan berbagai pihak, seperti usaha penggemukan sapi.
Selain itu, isu strategis yang saat ini dibangun adalah menyulap lahan eks tambang batu bara menjadi pengembangan sapi.
“Pemanfaatan lahan eks tambang bisa dipergunakan untuk sub sektor peternakan," jelasnya.
"Kaltim banyak lahan pasca tambang yang nantinya bisa dipergunakan untuk peningkatan jumlah populasi ternak, sehingga Kaltim bisa swasembada daging sapi,” lanjutnya.
Menyulap lahan eks tambang menjadi kandang sapi perlu dilakukan guna memenuhi kebutuhan komoditas daging.
Sekaligus persiapan pemindahan Ibu Kota Nusantara (IKN) ke Kaltim.
Pemerintah memperkirakan sekitar 2,5 juta warga akan bermigrasi ke Kaltim, terkhusus ke lokasi IKN.
Untuk itu, kebutuhan akan daging nantinya juga akan meningkat.
"Kehadiran 2,5 juta penduduk luar ke Kaltim khususnya ke IKN, tentu kebutuhan akan sapi juga meningkat, termasuk daging ayam, telur dan susu, dan potensi-potensi itu harus dipikirkan dari sekarang," tegasnya.
"Peran swasta, tentu sangat diharapkan bisa berkontribusi dalam sub sektor peternakan," pungkasnya. (tim redaksi Diksi)