Sabtu, 23 November 2024

RS Darurat Jadi Opsi di Tengah Rumah Sakit Penuh Pasien Covid-19, Kadinkes Kaltim: Tidak Mungkin Kita Bangun 

Koresponden:
Er Riyadi
Senin, 26 Juli 2021 10:55

dr Padilah Mante Runa, Kepala Dinas Kesehatan Kaltim/ Diksi.co

DIKSI.CO, SAMARINDA - Berkali-kali kasus pasien isolasi mandiri harus merenggang nyawa akibat ditolak di rumah sakit.

Pihak RS pun tak bisa berbuat banyak, pasalnya seluruh fasilitas karantina yang dimiliki sedang penuh terisi pasien Covid-19.

Berkaca dari penanganan Covid-19 di daerah lain, dibangun rumah sakit darurat guna menampung pasien konfirmasi.

Bagaimana dengan Kaltim. Di tengah kondisi rumah sakit yang penuh sesak dengan pasien corona, Dinkes Kaltim justu belum mengambil opsi pembangunan RS darurat.

dr Padilah Mante Runa, Kepala Dinas Kesehatan Kaltim beralasan, RS darurat tidak bisa dibangun jika tenaga kesehatannya tidak tersedia.

"Kami sebenarnya sudah cari tempat yang mana bagusnya membangun RS darurat. Tapi tidak mungkin kita membangun. Karena tenaga kesehatannya juga harus dipikirkan," kata dr Padilah, dihubungi Senin (26/7/2021).

Sebenarnya, Dinkes Kaltim telah beberapa kali membuka rekrutmen tenaga kesehatan. Hanya saja tidak ada warga yang mendaftarkan diri menjadi nakes.

Padahal sejumlah anggaran untuk gaji dan tunjangan telah disiapkan pihaknya.

"Sekarang itu jarang yang mau karena istilahnya mereka yang muda ini. Nakes yang sudah tua tidak dianjurkan karena banyak komorbidnya," jelasnya.

Pilihan lain tengah dipertimbangkan Dinkes Kaltim menjadi pusat karantina, salah satunya Hotel Atlet di GOR Madya Sempaja.

Namun aset Pemprov Kaltim itu juga sulit dimanfaatkan menjadi tempat karantina, karena fasilitasnya yang tidak pengkap dan butuh banyak perbaikan.

"Bangun rumah sakit tidak mungkin, cuma kami itu mencari lokasi seperti Hotel Atlet. Tapi Hotel Atlet juga tidak mungkin ya. Nanti kami rapatkan bersama, karena ada beberapa usulan," imbuhnya.

Cara terbaik saat ini yang bisa dilakukan adalah seluruh tumah sakit melakukan penambahan tempat tidur.

Dengan begitu, pasien yang sebelumnya tidak tertangani dapat diterima.

"Jadi ini saya kemarin rapat dengan seluruh dirut rumah sakit untuk mengkonversi tempat tidur. Bukan menolak tapi antre, dalam UGD itu penuh. Ruangan di dalam harus digeser ini ruang bisa tanpa oksigen. Jadi mengatur saat ada lowong masuk lagi di situ," tegasnya.

Dinkes Kaltim akan memetakan penanganan pasien Covid-19. Untuk pasien tanpa gejala akan diminta melakukan isolasi mandiri.

Sementara untuk pasien dengan gejala berat dan sedang diprioritaskan mendapat penanganan di rumah sakit.

Sedangkan pasien bergejala ringan, akan ditempatkan di rumah karantina.

"Nanti petakan bahwa rumah sakit ini (sedang diatur) dikhususkan untuk pasien yang fase sedang. Tanpa gejala, melakukan isolasi di rumah karantina," tegasnya.

"Mari kita tolong sistemnya. Tapi susah juga susah. Sekarang ini betul-betul darurat pasien ini, sudah seperti air bah. Bagaimana cara mengaturnya tapi tidak mungkin masuk semua," pungkasnya. (tim redaksi Diksi)

Tag berita:
Berita terkait
breakingnews