Lebih jauh diungkapkannya terkait rencana dan kajian pemindahan RKUD yang terus bergulir saat ini tidak memiliki target waktu. Semisal satu dua bulan telah selesai.
“Ini masih kajian. Tidak pakai target-target. Ini masih terus mengkaji kemanfaatannya. Plus minusnya. Kalau pun nanti hasilnya di Bankaltimtara masih menguntungkan, ya berarti masih tetap,” tambahnya.
Selain masih perhitungan plus minus yang didapat dari Bankaltimtara, AH juga menerangkan kalau penilaian juga dilakukan terhadap bank daerah lainnya. Semisal Bank BRI yang berpotensi menjadi tempat penyimpanan kas daerah jika terjadi perpindahan.
“Kaji pertimbangannya seperti jasa giro, manfaat lain, CSR misalnya. Begitu pula manfaat bagi ASN karena pengambilan kredit. Itu baru dari sisi mikro, belum makronya. misalnya soal potensi bertambah PAD kita. aspek pelayanan BPD tools dan pelayanan informasinya seperti apa,” paparnya.
Hingga saat ini, lanjutnya, kajian yang dilakukan Pemkot Samarinda masih belum menemukan kesimpulan akhir.
“Sampai nanti pada kesimpulan, kalau bank lain ada yang memberi benefit secara signifikan. Maka kita akan lanjutkan (RKUD). Tapi kalau tidak signifikan (keuntungannya) dan BPD (Bankaltimtara) lebih menguntukan, ya bisa jadi tetap di BPD (Bankaltimtara),” terangnya.
Kepada awak media, AH pasalnya juga sedikit memberi bocoran terkait perbedaan Bankaltimtara dengan BRI sebagai tempat perpindahan yang baru, jika benar terjadi.
Seperti pemberian jasa giro, oleh Bankaltimtara hanya diangka 2 persen. Sedagnkan di Bank BRI bersedia hingga 2,75 persen. Kemudian ada juga perihal deposito yang hanya 3 persen di Bankaltimtara, sedangkan di BRI mencapai 5 persen.
Dari selisih yang ada di dua perbankan pemerintah itu, AH mengatakan kalau pihaknya mendapat informasi kalau Bankaltimtara sejatinya menaruh sebagian dana daerah ke BRI.