Remaja Hanyut di Sungai Karang Mumus Ditemukan Tewas Setelah Tiga Hari Pencarian

DIKSI.CO, SAMARINDA — Setelah tiga hari pencarian tanpa hasil, tim SAR gabungan akhirnya menemukan jasad MF (18), remaja yang dilaporkan hanyut di Sungai Karang Mumus (SKM).
Korban ditemukan dalam kondisi tak bernyawa pada Sabtu (25/10/2025) pagi, sekitar pukul 09.38 WITA, tak jauh dari lokasi awal ia dilaporkan hilang.
Tubuh korban pertama kali terlihat warga yang sedang melintas di kawasan Jalan Pemuda II, Gang Pandawa, Samarinda. Saat itu, seorang warga melihat sesuatu yang mencurigakan tersangkut di bawah kolong rumah tepian sungai.
Setelah didekati, ternyata itu tubuh manusia. Warga pun segera melapor ke petugas SAR yang sejak pagi kembali melanjutkan pencarian di sekitar lokasi.
“Korban ditemukan di bawah rumah warga, tersangkut di tiang kayu. Begitu mendapat laporan, tim gabungan langsung turun dan mengevakuasi jasad korban dari bawah rumah,” ujar Koordinator Pos SAR Samarinda, Mardi Sianturi, saat dikonfirmasi.
Begitu dievakuasi, jasad MF langsung dibawa ke Rumah Sakit Umum Daerah Abdul Wahab Sjahranie (RSUD AWS) Samarinda untuk proses identifikasi dan pemandian jenazah.
Tak lama, pihak keluarga datang dan memastikan bahwa korban yang ditemukan memang MF, remaja yang dilaporkan hanyut sejak Kamis (23/10/2025) sore.
Menurut Mardi, kondisi tubuh korban masih cukup utuh, dan pakaian yang dikenakan juga sama seperti saat terakhir kali dilihat oleh keluarga.
“Dari ciri-ciri fisik dan pakaian, bisa dipastikan itu korban yang kita cari. Kondisinya memang sudah meninggal dunia,” katanya.
Dengan ditemukannya jasad MF, operasi pencarian resmi dihentikan. Mardi menyampaikan terima kasih kepada seluruh unsur yang terlibat dalam pencarian selama tiga hari, mulai dari tim Basarnas, relawan, BPBD, kepolisian, hingga masyarakat sekitar yang turut membantu memberikan informasi di lapangan.
“Sejak hari pertama pencarian, banyak warga yang ikut membantu menyisir sungai. Kami sangat berterima kasih atas kerja sama dan kepedulian mereka. Semoga ini menjadi ladang amal bagi semua pihak,” ucapnya.
Mardi juga mengingatkan masyarakat agar lebih berhati-hati beraktivitas di sekitar sungai, apalagi di tengah kondisi cuaca yang tak menentu seperti sekarang. Curah hujan yang cukup tinggi membuat debit air sungai meningkat dan arus menjadi deras.
“Kami minta warga, terutama anak-anak dan remaja, untuk tidak mandi atau bermain di sungai dulu. Kondisi arus cukup berbahaya,” tegasnya.
Selain itu, Mardi menekankan pentingnya penggunaan alat keselamatan bagi warga yang beraktivitas di atas air. “Banyak orang berpikir karena bisa berenang, jadi merasa aman. Padahal, kelelahan atau arus deras bisa membuat siapa pun kehilangan kendali. Kami harap masyarakat lebih waspada dan saling mengingatkan,” tambahnya.
Dari keterangan keluarga, peristiwa itu bermula saat MF sedang mandi di SKM bersama kakak dan seorang temannya.
Sang kakak sempat mengingatkan agar segera naik ke darat karena harus berangkat kerja. Namun, korban memilih tetap berenang. Tak lama setelah kakaknya meninggalkan lokasi, MF dilaporkan terseret arus deras dan menghilang.
“Temannya sempat mencoba menolong, tapi gagal karena arus air sangat kuat,” kata Mardi menambahkan.
Laporan kehilangan itu langsung ditindaklanjuti oleh tim SAR Samarinda. Pada hari pertama, tim sudah tiba di lokasi sekitar pukul 19.00 WITA, namun tidak bisa langsung melakukan pencarian karena kondisi sungai gelap dan arusnya terlalu deras. Operasi baru bisa dimulai pada pagi hari berikutnya dengan menyisir sejauh lima kilometer ke arah hilir sungai.
Pencarian dilakukan dengan mengerahkan dua perahu karet dan satu unit perahu warga. Petugas juga menggunakan alat pendeteksi bawah air dan memantau tepian sungai secara manual.
Sejumlah relawan turut membantu melakukan penyisiran menggunakan perahu kecil milik warga.
Hari kedua pencarian, tim sempat memperluas area hingga ke kawasan Jalan Dr. Sutomo dan Jembatan Ruhui Rahayu. Namun hingga sore, hasilnya masih nihil. Arus sungai yang deras akibat hujan malam sebelumnya menjadi tantangan tersendiri bagi tim pencari.
“Setiap hari kami fokus pada penyisiran di radius beberapa kilometer dari titik awal. Arus deras dan banyaknya sampah di sungai membuat visibilitas rendah. Tapi tim tetap berusaha maksimal,” kata Mardi.
Baru pada Sabtu pagi, pencarian membuahkan hasil setelah ada laporan warga di sekitar Gang Pandawa yang melihat sesuatu mencurigakan di bawah rumah.
Tim langsung bergerak cepat, dan sekitar pukul 09.38 WITA jasad MF berhasil dievakuasi ke darat.
Suasana di rumah duka di Jalan Damanhuri tampak haru ketika jenazah tiba. Keluarga korban hanya bisa pasrah menerima kenyataan. Sejumlah tetangga dan kerabat berdatangan untuk memberikan dukungan dan doa.
“Pihak keluarga sudah menerima dengan ikhlas. Setelah dimandikan dan disalatkan, jenazah langsung dimakamkan di TPU setempat,” tutur Mardi.
Kasus ini menjadi pengingat bagi warga Samarinda akan bahaya aktivitas di sekitar sungai. Sungai Karang Mumus yang melintasi permukiman padat di pusat kota memang sering dijadikan tempat mandi atau bermain anak-anak.
Namun di musim hujan, arus sungai bisa berubah sangat deras dalam waktu singkat.
“Kesadaran masyarakat masih harus ditingkatkan. Kadang karena sudah terbiasa, mereka lupa risikonya. Kami harap kejadian ini jadi pelajaran bersama,” tutup Mardi. (*)