DIKSI.CO, SAMARINDA - Melangsungkan Pilkada di tengah pandemi bukan sekadar untuk kepentingan politik semata.
Suksesi kepentingan menjadi agenda penting sekaligus menguji gagasan calon kepala daerah dalam menghadapi pandemi. Apalagi, dampak pandemik teradap penurunan ekonomi membuat kesejahteraan masyarakat terkerek karena pengangguran yang meningkat.
Karena itu, agenda utama yang selalu diusung para kontestan pilkada adalah menciptakan tenaga kerja. Meski terdengar sangat klise, banyak kepala daerah yang mengaku siap menciptakan lapangan kerja dengan jumlah banyak di daerah yang akan dipimpinnya.
Calon wali kota Samarinda nomor urut 2, Andi Harun mengaku program menciptakan lapangan kerja memang wajib diusung.
Namun katanya, tetap harus disampaikan dengan realitas yang terjadi di lapangan. Artinya, jumlah lapangan kerja yang dijanjikan harus sesuai dengan potensi yang ada.
Sebelum melakukan itu, khusus di Samarinda, kata Andi Harun, hal pertama yang dilakukan adalah mengembalikan ekonomi Samarinda seperti semula. Artinya, sejumlah tempat-tempat industri yang selama ini terganggu akibat pandemi harus disupport agar kembali eksis.
Sebagai kota jasa dan perdagangan, AH, sapaan akrabnya sangat memahami jika dampak pandemi begitu terasa bagi masyarakat Samarinda, khususnya tenaga kerja.
“Pemulihan ekonomi adalah bagian program kami. Targetnya dalam hitungan bulan, semua aktivitas ekonomi bisa kembali normal. Sehingga karyawan yang sempat kehilangan pekerjaan bisa bekerja seperti semula,” ungkapnya.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Kaltim tercatat ada 14,8 persen dari total 2.780.000 penduduk usia kerja Kaltim yang kini terkena dampak akibat pandemi global saat ini. Tepatnya sebanyak 411.377 penduduk usia kerja yang terkena imbas langsung.
Meski itu data se-Kaltim, namun sebagai ibu kota sekaligus daerah dengan penduduk terbesar, pengangguran Samarinda termasuk tinggi.
Kepala BPS Kaltim, Anggoro Dwitjahyono seperti dilansir Samarinda Pos, mengatakan dampak paling dominan yang harus dirasakan adalah pengurangan jam kerja yang mencapai 83 persen dari total pekerja yang terdampak Covid-19. Sementara 7,5 persen di antaranya atau sebanyak 30.985 orang saat ini sudah menjadi pengangguran akibat kehilangan pekerjaan.
"Pengangguran karena Covid-19 adalah penduduk usia kerja yang berhenti bekerja pada periode Februari hingga Agustus 2020,” ucapnya pada awak media, Sabtu (14/11) lalu. (tim redaksi Diksi)