Pemkot Samarinda Revitalisasi Pasar Segiri dengan Konsep Modern-Tradisional

DIKSI.CO, SAMARINDA – Pemerintah Kota (Pemkot) Samarinda segera merevitalisasi Pasar Segiri.
Pasar tersebut diketahui merupakan salah satu pusat aktivitas perdagangan terbesar di Kalimantan Timur (Kaltim).
Proyek senilai sekitar Rp200 miliar ini digadang-gadang bakal menjadi ikon baru perdagangan kebutuhan pokok di Kota Tepian, sekaligus mencerminkan transformasi pasar tradisional menuju era yang lebih modern, efisien, dan tertata.
Asisten II Sekretaris Kota Samarinda, Marnabas Patiroy, mengungkapkan bahwa perencanaan desain pasar kini tengah dimatangkan.
Pemkot Samarinda juga tengah berupaya menyesuaikan pembiayaan agar lebih efisien tanpa mengurangi fungsi utama pasar.
“Perencanaan awal sekitar Rp257 miliar, tapi diminta diturunkan lagi. Kita tetap berupaya minta bantuan ke pusat, karena dengan adanya penurunan transfer ke daerah, semua harus kita terobos ke Jakarta untuk mencari dukungan tambahan,” ujar Marnabas.
Menurut Marnabas, desain revitalisasi Pasar Segiri akan tetap mempertahankan karakter utamanya sebagai pasar rakyat yang beroperasi hampir 24 jam.
Selama ini, pasar tersebut menjadi pusat distribusi bahan kebutuhan pokok, seperti beras, sayur, dan hasil bumi dari berbagai daerah sekitar.
“Kita rancang supaya mobil-mobil besar bisa masuk untuk bongkar muat. Namun ke depan, kita ingin suplai bahan pokok ini bisa berasal dari daerah kita sendiri. Itu pemikiran jangka panjang yang terus kita upayakan,” jelasnya.
Berbeda dengan Pasar Pagi yang identik dengan konveksi dan produk fesyen, Pasar Segiri akan difokuskan sebagai pasar grosir bahan pangan.
Oleh karena itu, desainnya tak akan bertingkat tinggi seperti mal.
“Kalau jualan baju, orang mau naik sampai lantai tiga tidak masalah. Tapi kalau belanja sayur, siapa yang mau naik? Jadi cukup dua lantai saja, karena areanya juga luas, lebih dari satu hektare,” kata Marnabas.
Ia menegaskan, Walikota Samarinda Andi Harun sangat teliti dalam memantau setiap detail proyek ini dan bahkan meminta agar penataan pedagang dan sistem zonasi tidak mengubah karakter tradisional pasar.
“Pak Wali itu luar biasa, sampai titik terkecil pun beliau pelototi. Beliau tidak mau pasar yang baru justru menghilangkan identitas tradisionalnya. Jadi, konsepnya tetap pasar rakyat, tapi dengan fasilitas yang modern dan tertib,” tegasnya.
Proses perencanaan akan kembali dipresentasikan dalam waktu dekat di hadapan wali kota. Pemerintah ingin memastikan desain final mampu menjawab kebutuhan pedagang sekaligus menciptakan kenyamanan bagi pembeli.
Salah satu tantangan utama proyek ini adalah penempatan sementara ribuan pedagang selama proses pembangunan.
Pemerintah akan berkoordinasi dengan Pemerintah Provinsi Kalimantan Timur untuk memanfaatkan lahan eks Bandara Temindung sebagai lokasi sementara.
“Kita sudah pikirkan beberapa opsi, tapi yang paling strategis memang di eks Bandara Temindung. Tempatnya agak tertutup, jadi lebih aman dan terpusat. Tapi tentu kita masih akan koordinasi dengan provinsi,” ujarnya.
Selain itu, Pemkot Samarinda juga sedang melakukan pembaruan data pedagang agar seluruh pelaku usaha di Pasar Segiri terakomodasi dan tidak ada yang tertinggal.
“Pak Wali minta data pedagang terus diperbarui supaya nanti tidak ada yang terlepas dari program. Semua harus terdata,” tambahnya.
Pemerintah Kota Samarinda berupaya menata ulang fungsi pasar-pasar tradisional agar saling melengkapi. Marnabas menjelaskan, Pemkot ingin setiap kawasan memiliki spesifikasi ekonomi yang jelas, sehingga masyarakat lebih mudah mencari kebutuhan mereka.
“Kalau mau beli emas, kain, kosmetik, datang ke Pasar Pagi. Kalau mau belanja sayur dan kebutuhan pokok, ya di Pasar Segiri. Buah-buahan nanti di Pasar Merdeka, oleh-oleh di Citra Niaga, dan kuliner di kawasan eks Karang Mumus,” paparnya.
Konsep penataan ini diharapkan dapat memperkuat arus perdagangan, menjaga inflasi tetap stabil, serta menumbuhkan perekonomian daerah secara berkelanjutan.
“Tugas pemerintah itu menjaga keseimbangan. Kalau inflasi terlalu tinggi, kita turunkan. Tapi kalau deflasi terlalu dalam, ekonomi bisa lesu. Jadi semua sektor harus bergerak bersama,” ujarnya.
Seluruh pasar yang dibangun atau direvitalisasi di Samarinda diarahkan untuk memenuhi standar nasional Indonesia (SNI). Sejumlah pasar seperti Pasar Merdeka, Pasar Palaran, dan Pasar Harapan Baru sudah lebih dulu memperoleh standar tersebut, dan kini menyusul Pasar Baqa yang sedang menunggu sertifikasi resmi.
“Pasar Segiri juga nanti akan SNI. Timnya sudah datang dan prosesnya sedang berjalan. Mudah-mudahan tidak lama lagi, Pak Wali akan menerima SNI untuk Pasar Baqa juga,” pungkasnya. (*)