DIKSI.CO, SAMARINDA - Memasuki musim penghujan di bulan Desember masyarakat mesti waspada dan memahami mitigasi bencana banjir dan tanah longsor.
Sebagaimana diketahui dua bulan lalu, Kecamatan Long Kali selama sepekan terdampak banjir lantaran luapan sungainya, tak dapat menampung hujan.
Disebut - sebut, banjir di daerah berjuluk bumi daya taka itu lantaran penambangan batu bara. Tak hanya itu, pembukaan lahan untuk perkebunan kelapa sawit juga disinyalir turut menyumbang hilangnya daerah resapan air hujan.
Menanggapi hal tersebut, Wakil Ketua Komisi III DPRD Paser, Basri M mengatakan beberapa waktu lalu puluhan mahasiswa menyampaikan aspirasi terkait dampak banjir tersebut.
Mahasiswa dari organisasi HMI Cabang Paser itu menuntut kepada pemerintah, untuk menutup tambang batu bara di daerah bagian selatan.
"Saya mewakili lembaga menyampaikan memang ada hearing dengan mahasiswa HMI. Mahasiswa minta menutup tambang batu bara. Tapi ya harus dipikirkan masak - masak itu kalau ditutup, dari mana penghasilan daerah," kata Basri saat dihubungi melalui sambungan telepon, Senin (15/11/2021).
Menurutnya untuk masa saat ini, tambang batu bara masih menjadi pemasukan andalan untuk kas daerah.
Sebab Paser tidak memimiliki lahan pertanian. Soal pemenuhan pangan, warga masih mengantungkan komoditas beras dari berbagai daerah seperti di Kalsel, Jawa dan Sulawesi.
"Mau bertani enggak bisa cepat. Lumbung aja enggak ada," imbuhnya.
Untuk itu, politisi partai Golkar itu menambahkan mesti dilihat dulu masalah utama dari banjir beberapa bulan lalu.
"Kamu mau lihat dulu sumber masalahnya dimana," tuturnya. (advertorial)