Sabtu, 23 November 2024

OPINI - Beriman dengan Tegar Tengkuk vs Toleransi dan Cinta dalam Pandemi Corona

Koresponden:
diksi redaksi
Senin, 20 April 2020 15:54

Armin Beni Pasapan, Sekretaris GMKI Cabang Samarinda Masa Bakti 2017-2019/ IST

OPINI - Beriman dengan Tegar Tengkuk vs Toleransi dan Cinta dalam Pandemi Corona 

Ditulis oleh: 

Armin Beni Pasapan, S. Sos

Sekretaris GMKI Cabang Samarinda Masa Bakti 2017-2019

DIKSI.CO, SAMARINDA - Kurang lebih 1 bulan lebih sudah semua bentuk peribadatan agama-agama di Indonesia diarahkan oleh pemerintah untuk dipindahkan ke rumah-rumah untuk mengamputasi pandemi Virus Covid-19 atau yang lebih dikenal dengan Virus Corona.

Tentu arahan ini bukanlah untuk membatasi atau mengekang kebabasan setiap pemeluk agama-agama untuk melaksanakan ibadahnya kepada Tuhannya, namun seutuhnya untuk mempraktikkan cinta terhadap Tuhan kita, bangsa dan Negara ini.

Karena dengan pembatasan perkumpulan-perkumpulan inilah Virus Corona itu akan mati dengan sendirinya, karena dia hanya butuh manusia untuk dapat bertahan hidup. 

Berbagai lembaga dan organisasi keagamaan pun meneruskan arahan pemerintah melalui keputusan-keputusan yang terbaik untuk umatnya dengan beribadah di rumah saja dulu sampai waktu yang memungkinkan. Buah kepala yang sangat dingin untuk belajar dari berbagai kasus penyebaran virus Corona yang sudah terjadi di tempat kerumunan maupun rumah-rumah ibadat diseluruh dunia. Karena sesungguhnya masing-masing lembaga maupun organisasi agama memahami kondisi extraordinary ini sangat berbahaya dan mengancam seluruh manusia. 

Masing-masing agama dan kepercayaan tentunya punya solusi dan cara terbaik dalam menjalankan ibadahnya ditengah pandemi Virus Corona ini. Dengan media yang tersedia, beberapa diantaranya kemudian mengimaninya dengan menggunakan teknologi sebagai media bersekutu dengan umat yang lainnya. Memang tentu banyak hal yang berbeda dan menjadi asing bagi kita tentunya. Namun, sekali lagi kita sudah punya banyak pelajaran tentang tempat-tempat penyebaran virus ini. 

Bahkan mungkin tidak kemudian langsung menghilangkan iman percaya kita terhadap Sang Pencipta jika kita beribadah tidak di rumah ibadah langsung. Ya, akhirnya narasi ini harus di susun untuk memberikan edukasi bagi kita semua terutama kekecewaan saya terhadap Gereja-gereja yang sampai hari ini di minggu ini masih melaksanakan Ibadah-ibadah di Gedung Gereja maupun di tempat-tempat yang menurut mereka tidak akan mungkin terjadi penyebaran Virus Corona

Beberapa alasan bahkan diutarakan untuk meyakinkan semuanya, seperti dilaksanakan dengan Jarak 1-2 meter, menggunakan masker, handsanitizer, disemprot cairan disinfektan, tidak ada yang berpergian keluar masuk kota, tempat kami jauh dari corona, kami masih aman-aman aja, ibadah kami-kami aja dan sampai landasan teologi menurut mereka bahwa semuanya kita serahkan pada Tuhan bahkan bertanya kenapa pasar sampai saat ini masih dibuka?

Itu semua dijadikan alasan agar tetap dapat melaksanakan ibadah bersama jemaat. Mungkin keliru jika saya mengatakan betapa egoisnya kita cinta pada Tuhan tapi tidak cinta pada sesama kita dengan mengabaikan bahaya yang akan menimpa orang lain bahkan diri kita sendiri. Saat-saat ini tentu kita singkirkan dahulu ego kita, karena dengan beribadah di rumah masing-masing pun Tuhan Sang Pencipta akan selalu hadir dalam setiap doa-doa, persekutuan dan usaha kita di rumah masing-masing. 

Sudah saatnya kita berhikmat untuk bersaksi dengan mengikuti arahan pemerintah dan lembaga keumatan agar semua dapat segera teratasi.

Sekali kali untuk kita menahan diri dalam beberapa bulan ini. Ada media teknologi maupun konvensional melalui Liturgi untuk dapat digunakan dalam proses peribadahan di rumah masing-masing. Bukan saatnya untuk menjadi umat yang tegar tengkuk terhadap arahan pemerintah mengenai pandemik Virus Corona ini.

Bukan saatnya mengkalkulasi keselamatan dengan hanya mengandalkan kalkulator logika melainkan saatnya gunakan hati untuk Tuhan dan sesama. Sekarang buktikan toleransi umat beragama itu dengan hal-hal ini. 

Akhirnya narasi-narasi ini kemudian ditulis seiring semakin banyaknya yang mengabaikan arahan ini dengan egois terhadap yang diyakini dan yang dipercaya. Jangan ada lagi Gereja yang mengabaikan ini, karena jika abai, maka kita lah bagian-bagian yang sering lalai terhadap kebijakan pemerintah. (*) 

 

 

Tag berita:
Berita terkait
breakingnews