"Karena pedagang banyak berinteraksi dengan banyak pengunjung, karena mungkin saja ada satu pengunjung yang membawa bibit virus," jelasnya.
Kepada pengelola pasar, wajib menyediakan tempat cuci tangan dengan jumlah yang mencukupi. Hal itu penting, agar warga bisa menerapkan mencuci tangan dengan sabun, usai melakukan transaksi
Selain itu, pengelola juga diminta memberi area pembatas yang jelas, agar masyarakat dapat mematuhi physical distancing. Ketika jumlah pengunjung sangat banyak di pasar, maka perlu ada pembatasan jarak antar pengunjung. Hal tersebut agar menghindari adanya transmisi lokal bagi pengunjung.
"Perlu ada pengaturan durasi waktu pembukaan pasar. Pengaturan ini disesuaikan dengan kondisi penularan di suatu daerah. Ini tidak hanya harus dilakukan oleh pemerintah, tapi juga seluruh masyarakat yang beraktivitas di kawasan perniagaan," pungkasnya.
Sementara itu, di Samarinda, tracing pasar di tengah pandemi, telah dilakukan Dinkes Samarinda, dengan melakukan screening massal di beberapa pasar tradisional di Kota Tepian.
Ismed Kusasih, Plt Kepala Dinas Kesehatan Samarinda, menyampaikan ada 3 pasar tradisional yang telah dilakukan rapid test dan tes swab massal.
Sampel terbesar, diperoleh di Pasar Merdeka, dengan total warga yang diperiksa sebanyak 344 orang, dengan rincian 317 orang melakukan tes swab, dan 27 orang rapid test. Seluruh sampel diambil dari pedagang dan warga yang berbelanja di pasar tersebut.