Hal ini diungkapkan Kepala Divisi Humas Polri Inspektur Jenderal Saud Usman Nasution, di Jakarta, Kamis (5/1/2012). YS dan HS adalah dua orang pegawai dari Dinas PU Kukar, sedangkan MSF adalah manajer proyek dari PT Bukaka.
"Dua tersangka YS dan HS, tanggal 3 Januari 2011 diperiksa dan, 4 januari resmi dilakukan penahanan. Sedangkan MSF, resmi hari ini dilakukan penahanan," ujar Saud di Mabes Polri.
Saat itu, Saud tidak menjelaskan secara detail latar belakang penetapan ketiganya dijadikan tersangka. Ia beralasan tidak ingin menggangu proses penyidikan yang tengah berjalan.
Namun, ketiganya masuk dalam dugaan kelalaian, sehingga dijadikan tersangka.
"Yang jelas YS sebagai kuasa pemegang anggaran di mana ada beberapa ketentuan dalam job deskripsi sebagai kuasa pemegang anggaran yang dilaksanakan dalam kontrak itu.
Tugasnya tidak dilaksanakan, berakibat jembatan runtuh. Begitu juga, MSF sebagai pemeliharan jembatan, tapi ada beberapa hal yang tidak dilaksanakan.
Semuanya tidak bisa disampaikan karena dalam penyidikan," ungkap Saud.
Menurut Saud, penetapan tersangka atas rubuhnya "Golden Gate" Indonesia ini masih akan terus berkembang.
"Untuk sementara baru tiga ini dijadikan tersangka. Ini belum final. Untuk pidana lain sedang diproses pengembangan. Untuk korupsi ditangani Polda Kaltim. Masih butuh waktu untuk pembuktian yang khusus," kata Saud.
Runtuh Dalam Waktu 20 Detik
Sekitar dua bulan usai runtuhnya Jembatan Kukar, jawaban atas penyebab ambruknya jembatan mulai diberikan.
Tim Evaluasi dan Investigasi teknik runtuhnya Jembatan Kukar menyimpulkan, runtuhnya jembatan itu karena kesalahan teknis pembangunan.
Ketua Tim Evaluasi dan Investigasi teknik Iswandi Imran mengatakan ada kondisi kurangnya pengetahuan sejumlah pihak terkait saat pembangunan jembatan itu.
"Sayang kondisi ini tidak diatasi dengan meminta masukan dan saran dari praktisi pakar ahli yang seharusnya bila perlu diundang dari luar," ujar Iswandi saat jumpa pers pemaparan hasil investigasi di Kementerian Pekerjaan Umum, Jakarta, Rabu (11/1/2012) dilansir dari Kompas.com.
Hal itu diungkapkan Iswandi setelah timnya melakukan survei lapangan, data pelaksanaan, pelaksanaan, pemeliharaan, kronologi kerusakan jembatan tersebut.
Menurutnya, keruntuhan itu dipicu karena adanya tegangan tambahan yang terjadi saat pekerjaan pemeliharaan berlangsung.
Menurut informasi dan data lapangan, lanjut Iswandi, telah dilakukan proses jacking di titik ke-13 yang berada di tengah bentang jembatan, sambungan antara batang hanger dan kabel utama putus.
Putusnya sambungan itu, memicu keruntuhan jembatan secara total dalam waktu kurang dari 20 detik.
"Selain itu, pada bagian penggantung atau hanger itu ada juga mur penutup yang mengalami korosi.
Kerusakan korosi ini cukup signifikan, di mana pada sejumlah batang hanger di bagian-bagian tertentu, ulir-ulirnya itu sudah terkikis akibat korosi," paparnya.
Iswandi menambahkan, keruntuhan itu juga disebabkan banyaknya kesalahan dalam hal perencanaan, pelaksanaan, operasional, dan pemeliharan jembatan tersebut.
Menurutnya, kesalahan-kesalahan itu menyebabkan runtuhnya jembatan itu bersifat kumulatif sehingga saling memperparah kegagalan struktur jembatan.
"Dua hari sebelum jembatan itu roboh juga, kita mempunyai sebuah foto yang menunjukan bahwa di jembatan itu sudah ada deformasi pada 24 November 2011.
Dan banyak juga ditemui penggunaan pendekatan-pendekatan yang oversimplified, yang menunjukan adanya lack of knowledge terutama yang menyangkut pengetahuan tentang umur struktur jembatan," kata Iswandi.
Meski demikian, Iswandi menegaskan, hasil laporan, kajian dan temuan timnya, tidak dimaksudkan untuk menyalahkan pihak tertentu.
Hasil investigasi itu seharusnya bisa dijadikan masukan dari amanah yang diemban sejumlah pihak itu, agar kesalahan serupa tidak terjadi lagi di masa depan.
"Banyak hikmah yang dipelajari oleh tim dalam kegagalan struktur ini yang sangat bermanfaat untuk bidang rancang bangun ke depan, khususnya di jembatan gantung.
Bahkan, Amerika Serikat saja saat ini belum mempunyai standar-standar suspensi untuk jembatan gantung.
Mereka bisa membangun jembatan gantung, karena pengalaman. Sedangkan kita jauh dari pengalaman itu," pungkasnya.
Demikian sekilas cerita mengenai runtuhnya Jembatan Kukar dan peran Brigjen TNI Dendi Suryadi dalam mengevakuasi korban. (*)