DIKSI.CO, SAMARINDA – Kawal Borneo Community Foundation (KBCF) mendorong peningkatan peran perempuan dan anak muda dalam perhutanan sosial di Kalimantan Timur (Kaltim).
Dorongan yang diberikan KBCF ini bukan tanpa alasan. Sebab, ketimpangan peran gender tak hanya terjadi di daerah ibu kota.
Melainkan juga terjadi di daerah perkampungan warga yang berada di pelosok Kaltim.
Kesetaraan gender dan pentingnya peran perempuan dan anak muda menjadi konses utama KBCF.
Selain untuk memperbaiki stigma gender, KBCF juga bertujuan agar kekayaan hutan Kalimantan bisa dimaksimalkan, baik secara ekonomi, kesejahteraan dan untuk mengangkat nama daerah.
“Ada pelabelan yang menyebut bahwa akses dan kontrol hutan masih bersifat eksklusif yang hanya mampu dikelola dan diakses oleh laki-laki. Pelabelan ini menjadikan peran perempuan dan kaum muda semakin terpinggirkan. Oleh sebab itu, melalui program ini, kami mendorong partisipasi perempuan dan generasi muda dalam mengelola hutan,” ucap Irmah Rusjal project officer program Perhutanan Sosial bagi Perempuan dan Generasi Muda (PSPGM) di Sekretariat KBCF, Samarinda, Sabtu (9/9/2023).
Lanjut Irmah, melalui program PSPGM, KBCF aktif mendampingi kelompok perhutanan sosial yang berada di tiga desa yang tersebar di tiga kabupaten/kota di Kaltim.
Seperti Desa Karangan Dalam, Kecamatan Karangan, Kabupaten Kutai Timur. Kampung Intu Lingau, Kecamatan Nyuatan, Kabupaten Kutai Barat dan Kelurahan Karang Joang, Balikpapan.
“Dalam pendampingannya, KBCF berhasil mendorong Kelompok Usaha Perhutanan Sosial (KUPS) perempuan untuk membuat beberapa produk turunan berbasis komiditi hasil hutan. Seperti yang dilakukan oleh KUPS Sari Naga di Balikpapan,” kata Irmah.
“KUPS ini telah membuat produk berupa selai dan sirup sari naga dari buah naga. Di kelompok lain, ada juga KUPS yang mengembangkan teh bawang dayak sebagai produk dari tanaman herbal. Di Intu Lingau, kelompok perempuan juga mengelola umbi ganyong menjadi sereal,” tambahnya.
Selain program PSPGM, KBCF Kaltim juga mendorong satu program lainnya. Yakni program Penguatan Perhutanan Masyarakat dan Penghidupan Berkelanjutan alias ECOSTABLE.
Diketahui, kalau dua program KBCF ini saling beririsan, yang mana pada upaya mendorong keterlibatan perempuan dan generasi muda dalam mengelola hutan.
Melalui program ECOSTABLE, KBCF mendampingi pengusulan hutan desa di 3 desa di Kutai Barat, yakni Kampung Juhan Asa, Kampung Penarung dan Kampung Tutung.
Sedangkan di Kabupaten Paser, KBCF mendampingi pengelolaan hutan desa di Desa Semuntai, Desa Modang dan pengusulan Hutan Adat di Desa Tiwei.
“Tidak hanya berkonsentrasi pada pengelolaan usaha. Sebagaimana tiga prinsip kelola PS (Perhutanan Sosial), perempuan dan generasi muda juga didorong untuk melakukan penyiapan kawasan hutan. Mereka dilatih menggunakan alat pemetaan untuk dapat mengidentifikasi potensi yang ada di kawasan hutan sekaligus mengambil titik koordinat batas area kelola dan perlindungan hutan,” timpal Hendra Putra, Manager PHBM KBFC.
Selain keterampilan teknis, lanjutnya, perempuan dan kaum muda juga didorong dapat menjadi aktor yang dapat menyuarakan pentingnya hutan baik dari sisi kelola ataupun perlindungan.
Selain peningkatan kapasitas kelompok, KBCF juga berupaya melakukan advokasi terhadap pemerintah baik di tingkat tapak hingga pemerintah daerah.
Upaya ini dilakukan untuk menggali dukungan para pihak agar dapat menyinergikan berbagai program strategis yang dapat mendukung kelola Perhutanan Sosial.
“Hasil dari advokasi ini terwujud di Desa Karangan Dalam. Awalnya, Pemerintah Desa belum mendukung kegiatan kelola hutan oleh perempuan dan generasi muda. Namun perlahan, kelompok terus mengembangkan berbagai produk dan telah berhasil menjual hingga pasar lokal dan kabupaten,” tambahnya.
Diakhir, Mukti Ali selaku Direktur KBCF Kaltim turut menyampaikan kalau lembaga yang dinahkodainya ini akan terus berupaya, menggaungkan cerita kelompok masyarakat dalam kegiatan, bertema “Temu Regional Perempuan dan Generasi Muda Perhutanan Sosial di Kalimantan Timur”.
“Kegiatan ini akan dihadiri narasumber woman champion yang berasal dari berbagai KPS dan KUPS . Mereka akan bercerita tentang cerita sukses dan pembelajaran dalam mengelola hutan,” tegas Ali.
Selain diikuti oleh kelompok perempuan dari dampingan KBCF, pertemuan ini juga dihadiri 2 KUPS dari Desa Muara Siran dan Desa Muhuran Kabupaten Kutai Kartanegara dan juga dihadiri oleh KUPS dari Aceh dan Sumatera Barat.
“Tujuan utama kegiatan Temu Perempuan tuntuk menyebarluaskan cerita agar dapat menjadi inspirasi bagi kelompok lain bahwa Perhutanan Sosial mampu dikelola oleh perempuan dan generasi muda. Selain itu, hadirnya parapihak dari pemerintah daerah, akademisi, pelaku usaha dan mitra pembangunan lainnya menjadi misi untuk menyinergikan berbagai program dan kegiatan strategis yang dapat dikolaborasikan bersama kelompok perempuan dan generasi muda pengelola Perhutanan Sosial di Kalimantan Timur,” tandasnya.
(tim redaksi)