Ismed menyampaikan peningkatan pesat kasus di klaster keluarga diakibatkan, banyak orang yang mengabaikan protokol kesehatan saat berada di lingkungan keluarga.
Saat berinteraksi bersama keluarga, tidak sedikit orang mengabaikan protokol kesehatan.
"Protokol Kesehatan kalau di keluarga, agak susah memantaunya, karena kalau sdh di rumah, yang mengawasi langsung adalah keluarga masing-masing," jelasnya.
Dijelaskan Ismed, kasus pesat klaster keluarga tidak hanya terjadi di Samarinda atau Kaltim. Secara nasional juga klaster keluarga jadi penyumbang terbesar.
"Hampir semua daerah di Indonesia klaster tertinggi adalah klaster keluarga," pungkasnya. (tim redaksi Diksi)