DIKSI.CO, SAMARINDA - Kementerian RI dan PT Bio Farma, tengah melalukan upaya melobi pemerintah Arab Saudi, terkait persyaratan umrah dan haji.
Pasalnya, pihak pemerintah Arab Saudi, menginginkan vaksin yang digunakan jemaah harus tersertifikasi oleh WHO seperti Pfizer, AstraZeneca, dan Moderna.
Sedangkan vaksin Sinovac yang sebagian besar digunakan masyarakat Indonesia, belum mengantongi emergency use listing (EUL) dari WHO.
Kondisi itu juga, membuat galau warga Kaltim. Lantaran diketahui, nyaris seluruh vaksinasi yang dilakukan di Bumi Mulawarman, menggunakan vaksin merek Sinovac.
dr Padilah Mante Runa, Kepala Dinas Kesehatan Kaltim menyampaikan, proses lobi pemerintah ke WHO masih berproses.
Perintah dan Bio Farma mesti bisa meyakinkan penggunaan vaksin Sinovac aman.
"Bio Farma akan berusaha untuk meyakinkan WHO bahwa vaksin Sinovac aman. Jadi masih dalam proses," kata dr Padilah, Minggu (30/5/2021).
Dari beberapa kali vaksin yang didistribusikan Kemenkes RI ke Kaltim, nyaris seluruhnya merupakan vaksin Covid-19 Sinovac.
"Sudah hampir semua yang divaksin menggunakan Sinovac," jelasnya.
Opsi terburuk jika pemerintah Arab Saudi, tidak mengizinkan jemaah yang disuntik Sinovac melakukan haji dan umrah, Dinkes Kaltim akan melakukan penyuntikan vaksin ulang bagi calon jemaah yang hendak umrah dan haji.
"Vaksin ulang mungkin, tapi Bio Farma masih berupaya meyakinkan WHO," tegasnya.
Salah satu jenis vaksin yang disiapkan adalah AstraZeneca. Namun, dr Padillah menegaskan yang akan disuntikan bukan batch yang lagi dihentikan saat ini.
Namun menggunakan batch AstraZeneca yang dinyatakan aman oleh Kemenkes.
"Ada beberapa yang akan menggunakan AstraZeneca yang diatur oleh WHO. Terutama untuk jemaah haji yang menggunakan jasa travel swasta," pungkasnya. (tim redaksi Diksi)