DIKSI.CO - Sejumlah daerah diwarnai fenomena kotak kosong pada Pilkada serentak 2024.
Potensi lawan kotak kosong itu terjadi karena salah satu kandidat yang akan bertarung di Pilkada memborong partai politik.
Tujuannya, agar tak punya lawan di Pilkada yang diikuti atau hanya melawan kotak kosong saja.
Fenomena itu jadi sorotan pengamat, tak terkecuali Direktur Eksekutif Parameter Politik Adi Prayitno.
Ia menyebut fenomena calon kepala daerah memborong dukungan banyak partai untuk memenangkan Pilkada 2024 akan terjadi di banyak daerah.
"Saya kira fenomena kotak kosong di Pilkada akan banyak bermunculan di Indonesia," ujar Adi Prayitno.
Adi menduga ada faktor kelelahan berpolitik yang dirasakan oleh para elit partai karena jarak pelaksanaan antara Pemilihan Presiden (Pilpres) dan Pilkada Serentak tak terpaut jauh.
"Jadi, wajar kalau partai politik terkesan lemah, lesu untuk menghadapi Pilkada di 545 daerah," ujarnya.
Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta itu menilai banyak partai politik yang tidak semangat untuk saling bertarung.
Akibatnya, menurut Adi, para elit partai lebih memilih jalan pragmatis dengan cara berkongsi dengan figur paling kuat untuk diusung.
"Mereka lelah secara politik, logistik, dan mesin. Mereka juga masih belum move on terkait pemilu yang lalu,"ucap Adi Prayitno.
Adi menilai bahwa fenomena ini menurunkan praktik demokrasi.
Dia menyayangkan partai politik lebih memilih untuk mengusung calon tunggal yang memunculkan kotak kosong.
"Kalau partai politik pada akhirnya berkongsi dan berkoalisi tanpa memajukan calon penantang, ya di situlah demokrasi macet," pungkasnya. (*)