Jumat, 22 November 2024

Napi Asimilasi di Kutim Timpas Ayahnya, Diduga Cuma Karena Cekcok Mulut

Koresponden:
Muhammad Zulkifly
Rabu, 12 Agustus 2020 8:19

FOTO : Petugas kepolisian langsung melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP) usai Joni diamankan akibat membacok ayah dan istrinya secara membabibuta/IST

DIKSI.CO, SAMARINDA - Hanya karena persoalan sepele akibat cekcok mulut, seorang pria di kawasan Bengalon, Kabupaten Kutai Timur (Kutim) nekat membacok ayah kandung dan istrinya hingga berujung maut.

Kejadian itu menyebabkan sang ayah bernama Iknasius Klao (60) tewas bersimbah darah setelah dibacok parang oleh anaknya, Joni (38). 

Peristiwanya terjadi pada Selasa (11/8/2020) subuh, sekira pukul 04.00 Wita.

Saat itu, tak hanya ayahnya, bahkan istrinya, Delviana (37) pun juga harus menjadi korban amukan parang Joni.

Kejadian ini tentu membuat geger warga di kilometer 106, Desa Tepian Indah.

Sebab, dengan membabi buta, pelaku tega membantai keluarganya sendiri. 

“Kasus masih dalam penyelidikan. Istrinya (Delviana) kini dalam kondisi kritis,” ucap AKP Zarma Putra, kapolsek Bengalon saat dikonfirmasi pada Rabu (12/8/2020) siang tadi.

Hingga kini polisi masih menunggu Delviana siuman.

Sebab dia lah satu-satunya saksi korban yang mengetahui pasti peristiwa berdarah itu.

Meski demikian, dari keterangan yang dihimpun petugas di tempat kejadian perkara (TKP), pembantaian ini dimulai dari pertengkaran antara Joni dan Iknasius, ayahnya. 

“Dia (Joni) kemudian ke rumahnya dan mengambil parang. Istrinya sempat berusaha menghalangi namun jadi korban juga,” terangnya.

Niat baik sang istri rupanya tak membuat Joni sadar. Dia sudah gelap mata oleh amarahnya.

Parang panjang dalam genggamannya itu kemudian diayunkan ke arah istrinya. Delviana tak bisa berbuat banyak selain teriak kesakitan. 

Jemari kirinya nyaris terpisah karena bacokan parang, pun demikian dengan telapak tangan kanannya.

Polisi menduga korban berusaha bertahan dengan kedua tangannya. Dan dari semua luka paling parah di bagian kepalanya.

Persisnya pipi sebelah kanan itu terkoyak. Setelahnya Joni langsung menuju lokasi ayahnya. 

“Setelah kejadian tersebut, korban lari ke dalam gedung GBI (Gereja Bethany Indonesia) meminta pertolongan. Saksi lain bernama Foneke kemudian meminta dua temannya membawa korban ke puskesmas dan segera melaporkan kejadian tersebut ke kantor polisi,” jelas perwira balok tiga ini.

Tak ada yang tahu detail kejadian setelah Joni membawa parang panjang itu bertemu dengan ayahnya.

Yang pasti kata Zarma, warga setempat mendapati korban tergelatak tak bernyawa dengan sejumlah luka di sekujur tubuh di pinggir jalan. 

Luka-luka bacokan itu ada di bagian kepala bagian atas, leher, lengan kiri dan kanan dan lututnya.

Usai pembantaian tersebut, Joni sempat melarikan diri namun paginya dia menyerahkan diri ke polisi.

“Dia mengakui semua perbuatannya dan menunjukkan lokasi parangnya yang dibuang dekat gereja,” jelasnya.  

Dia menambahkan, dari hasil penyelidikan didapati jika Joni merupakan mantan narapidana (napi) kasus penikaman pada 2018 lalu.

Korbannya adalah adiknya sendiri. Pada Mei 2020 lalu bebas dengan program asimilasi.

“Kasus ini masih dalam penyelidikan mulai dari motif pelaku hingga saksi. Tak ada yang melihat kejadian selain istrinya yang kritis. Dia saksi utama,” pungkasnya. (tim redaksi Diksi) 

 

Tag berita:
Berita terkait
breakingnews