DIKSI.CO, SAMARINDA - Pada peringatan hari Ibu, 22 Desember, enam tahun lalu, putra Rahmawati, M. Raihan Saputra (9 th) yang duduk di kelas 3 Sekolah Dasar, ditemukan meninggal di lubang tambang batubara.
Tak berhenti disitu, hingga 2020, ada 39 orang, paling banyak pelajar SD dan SMA juga meninggal di lubang tambang batubara di Kalimantan Timur.
Fakta ini mengingatkan kita, anak-anak, rahim perempuan, keluarga yang tinggal di wilayah eksploitasi alam, pulau-pulau yang dibongkar untuk bahan mentah dengan tujuan ekspor, membayar ongkos paling tinggi atas model ekonomi yang dipilih Indonesia. Ini makna yang tak dibicarakan saat memperingati hari Ibu.
Oleh karenanya, dalam rangka merayakan hari Ibu, yang sejatinya merupakan hari kebangkitan perempuan Indonesia, Ruang Baca Puan mengajak anak-anak muda untuk memahami persoalan tanah air, termasuk mempercakapkan makna anak-anak meninggal di lubang tambang batubara, melalui program Beasiswa Sekolah Literasi Ekofeminis.
Program ini didedikasikan buat Ibu Rahma, Raihan serta mereka yang meninggal di lubang tambang batubara di Kalimantan, pulau yang paling luas dibongkar, dikeruk batubaranya. Pendaftaran dibuka 18 Desember 2020 – 11 Januari 2021 melalui: www.pejuangtanahair.org.
Pada 1970-an, pemikiran ekofeminis lahir merespon krisis sosial ekologis secara global dan menginspirasi perjuangan atas keadilan gender dan keadilan ekologis.
Ekofeminis sebagai komitmen terhadap diri dan alam perku dikembangkan untuk komitmen memperjuangkan keadilan antar manusia dan keselamatan alam. Pada Juni – September 2020, Tim Kerja Perempuan dan Tambang (TKPT), Jaringan Advokasi Tambang (JATAM) dan Fellow peneliti Sajogyo Institute menggagas kelompok baca Ruang Baca Puan untuk mengenalkan ekofeminis dalam memahami persoalan di tanah air dengan memadukan pendekatan ekologi politik dan feminis.
Antusiasme peserta dan refleksi dari proses belajar pada 2020 membuktikan ini membantu para anak muda, khususnya perempuan lebih aktif dalam kegiatan literasi, lebih kritis memahami situasi tanah air, dan tak ragu berkomitmen memperjuangkan keadilan gender dan ekologi.
Sekolah literasi ekofeminis yang akan memberikan pengalaman belajar online bagi anak-anak muda, baik laki-laki dan perempuan untuk memahami situasi tanah air melalui telaah literasi ekologi politik dan feminis. Para pengampu akan mendampingi para pelajar mendisusikan film, ceramah TED Talk, dan bacaan-bacaan penting dan terpilih, bekerja dalam kelompok, presentasi dan memandu diskusi, menyusun anotasi, membuat puisi bebas, podcast, kolase, story board serta bentuk literasi lainnya. ]
ebagai tugas akhir, peserta diwajibkan menghasilkan tulisan essay 1000-1500 kata, yang kemudian akan dikemas juga dalam bentuk audio sehingga bisa diakses dan dinikmati orang kampung. Harapannya, selain menghidupkan dunia literasi, ke depannya para alumninya aktif sebagai pejuang keadilan gender dan keadilan ekologi. (tim redaksi Diksi)