Minggu, 29 September 2024

Hasil Rapid Test Sarwono Non Reaktif Covid-19, IDI Kaltim Sebut Rapid Test Hanya untuk Screening

Koresponden:
Achmad Tirta Wahyuda
Rabu, 22 Juli 2020 8:56

Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kaltim Nathaniel Tandirogang/ Diksi.co

DIKSI.CO, SAMARINDA - Usai Hadi Mulyadi, Wakil Gubernur Katim dinyatakan terkonfirmasi positif Covid-19 pada Rabu (15/7/2020) lalu, Klaster KT 2, mengalami penambahan kasus secara signifikan.

Hingga Senin (20/7/2020) total pasien positif Covid-19 dari Klaster KT 2 berjumlah 8 orang, termasuk Hadi Mulyadi dan istri.

Mulai bertumbuhnya kasus dari klaster ini, beredar informasi bahwa beberapa pihak di lingkungan Wagub Kaltim juga ikut terindikasi Covid-19. 

Salah satunya adalah Sarwono, yang menjabat sebagai Sekretaris Partai Gelora Kaltim.

Diketahui Hadi Mulyadi sebagai ketua partai.

Tim redaksi Diksi.co, kemudian berupaya mencari tahu informasi tersebut, serta berapa banyak yang telah ditracing untuk kasus Klaster KT 2.

Ismed Kusasih, Plt Kepala Dinas Kesehatan Samarinda, tidak memberikan komentar banyak terkait kasus tersebut.

"Nah detail dr Osa ya," jawabnya singkat, Senin (20/7/2020).

Senada dengan Plt Kadinkes, dr Osa Rafshodia, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan) Samarinda, juga tidak berkomentar banyak. 

Dikonfirmasi terkait jumlah sebaran dan siapa yang ditracing terkait Klaster KT 2, dr Osa menjawab singkat.

"Waduh, dah gak bisa hitung, banyak," jawabnya.

Tim redaksi lalu mengkonfirmasi Sarwono, yang dikabarkan positif Covid-19.

Dihubungi via WhatsApp, Sarwono menyebut dirinya telah melakukan rapid test beberapa waktu lalu, dengan hasil non reaktif.

"Saya sudah rapid test, alhamdulillah hasilnya non reaktif," ungkap Sarwono.

Terkait lonjakan Covid-19 di Samarinda, ditanggapi oleh Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kaltim Nathaniel Tandirogang.

dr Nathan menyebut saat lonjakan kasus positif Covid-19 fase gelombang pertama mereda, bukan berarti penularan hilang.

Tetapi justru berpotensi menyebar dengan tanpa gejala.

"Sebenarnya lonjakan ini sudah diprediksi. OTG ini yang membawa ke orang-orang dengan komorbid. Sehingga saat muncul gelombang kedua dampaknya sangat hebat," ujarnya menjawab pesan singkat awak media, Rabu (22/7/2020).

Lanjutnya, kemungkinan lain disebabkan oleh kebijakan relaksasi di beberapa daerah.

"Sehingga penularan menjadi lebih mudah," tambahnya.

Ditanya terkait langkah pencegahan, dr Nathan mengatakan, rapid test dilakukan hanya untuk proses screening.

Idealnya dalam mendiagnosa penularan Covid-19, semua terduga harus melakukan swab test.

"Rapid test hanya untuk screening, bukan diagnosa. Jadi kalau rapid test reaktif, harus konfirmasi swab polymerase chain reaction (PCR). Idealnya semua terduga harus PCR, tetapi karena keterbatasan tidak bisa dilakukan semua," pungkasnya. (tim redaksi Diksi)

Tag berita:
Berita terkait
breakingnews