DIKSI.CO, SAMARINDA - Guna meningkatkan kunjungan wisatawan, Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Kaltim, Ririn Sari Dewi berkomitmen akan mempromosikan destinasi wisata di Bumi Etam.
Salah satu strategi yang diusung yakni dengan melibatkan para selebgram dan influencer untuk turut serta dalam promosi wisata tersebut.
"Para selebgram dan influencer menjadi pemantik untuk meningkatkan kunjungan wisatawan dan popularitas destinasi. Dengan melakukan branding terhadap tempat wisata, mereka dapat memberikan dampak yang efektif," ujar Ririn.
Ia juga menekankan pentingnya kerja sama antar Organisasi Perangkat Daerah (OPD) dalam pengembangan sektor pariwisata.
"Sektor pariwisata bukan hanya tanggung jawab Dispar, tetapi juga memerlukan kolaborasi antar instansi terkait," ucapnya.
Ririn mengakui bahwa pengembangan sektor pariwisata bukanlah hal yang mudah, namun hal tersebut harus dilakukan demi meningkatkan potensi wisata di daerah tersebut.
"Meskipun tidak mudah, namun hal ini harus dilakukan demi kemajuan pariwisata Kaltim," ungkapnya.
Tantangan dalam pengembangan pariwisata tidak hanya dialami oleh Kaltim, tetapi juga oleh daerah lain di Indonesia.
Oleh karena itu, perlu adanya strategi yang matang untuk meningkatkan jumlah wisatawan dan destinasi wisata di daerah tersebut.
"Setiap daerah perlu menyusun strategi yang tepat untuk meningkatkan kunjungan wisatawan dan popularitas destinasi wisata. Hal ini menjadi tantangan bersama yang harus diatasi," jelasnya.
Ririn juga menyoroti perbedaan harga tiket antara penerbangan domestik dan internasional. Menurutnya, harga tiket penerbangan domestik cenderung lebih mahal dibandingkan dengan penerbangan internasional.
"Harga tiket penerbangan domestik yang relatif lebih tinggi dapat menjadi strategi pemasaran dari beberapa negara meskipun harga tiketnya murah, namun biaya hidup di negara tersebut mungkin lebih tinggi," ungkapnya.
Ririn memberikan contoh bahwa meskipun harga tiket penerbangan ke Malaysia relatif murah, namun biaya hidup di sana dapat menjadi faktor yang perlu diperhitungkan hal yang sama juga berlaku untuk Singapura, di mana harga tiket penerbangan mungkin terjangkau, namun biaya hidup di sana cukup tinggi.
"Dalam hal ini, perlu adanya pemahaman yang lebih dalam tentang strategi pemasaran dari negara-negara tersebut. Harga tiket penerbangan hanyalah satu aspek dari keseluruhan biaya perjalanan," pungkasnya. (*)