Diperkirakan, proyek ini akan beroperasi pada tahun 2030 atau 2031 setelah melalui serangkaian proses yang memakan waktu.
"Salah satu pertimbangan penting adalah pemilihan sistem monorel. Ada dua sistem yang diajukan, yaitu elevated dan etgret di bawah," ucapnya.
Ia berpendapat bahwa sistem elevated mungkin tidak layak secara ekonomi, dan harus dipertimbangkan dengan matang agar proyek ini benar-benar bermanfaat.
Sementara itu, Kepala Bidang Lalu Lintas Jalan Dishub Samarinda, Didi Zulyani menambahkan bahwa dari lima alternatif yang ditawarkan, dipilihlah alternatif kelima yang melintasi dari tepian Loa Buah ke tepian Mahakam, menuju Pasar Pagi, dan langsung ke arah Bandara. Keputusan ini didasarkan pada penilaian ekonomi dan kelayakan yang paling tinggi.
"Masih ada kemungkinan munculnya alternatif lain dalam evaluasi berikutnya. Penilaian terhadap manfaat dan pemanfaatan jalur harus terus diperbarui agar dapat memastikan proyek ini benar-benar memberikan dampak positif bagi masyarakat," ucap Didi.
Dalam mengatasi kendala finansial, proyek monorel ini diajukan sebagai bagian dari skema Kerja Sama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU).
Namun, kelayakan ekonomi dan finansial harus tetap menjadi fokus utama agar proyek ini dapat menarik minat investor.
Rencana pengembangan jaringan jalur rel kereta api monorel di Kota Samarinda menjanjikan sebuah langkah besar dalam meningkatkan konektivitas dan ekonomi kota. (*)