DIKSI.CO, SAMARINDA – Plt Dinas Kesehatan (Dinkes) Samarinda, Ismed Kusasih menyebut belum bisa merilis data masyarakat Samarinda yang ikut sebagai peserta ijtima ulama di Gowa, Sulawesi Selatan.
Pasalnya masih banyak versi terkait jumlah itu sehingga dia belum bisa memberi keterangan resmi.
“Jadi data itu sebenarnya banyak, sebab itu saya tidak bisa merilis sekian. Data itu ada dari intel, ada dari Dinas Kesehatan Kaltim. Karena banyak begitu jadi saya bingung,” ucap Ismed saat dikonfirmasi melalui via telepon, Rabu (8/4/2020).
Disampaikan terkait soal data itu, tepatnya adalah pihak ijtima ulama dari Samarinda yang mengetahui persis. Disebutkan, misalnya jika mereka memiliki sebuah organisasi akan lebih mudah lagi mendapatkan keterangan data pasti.
“Banyak versi, kecuali yang menyatakan orang ijtimanya karena data pasti dari mereka. Misalnya saya punya organisasi pasti saya tahu. Sementara ini masih simpang siur, ada yang mengatakan 200, ada yang mengatakan 150,” tambahnya.
Dari data sementara yang ada, yakni 200 orang peserta ijtima ulama, Ismed mengaku sudah melakukan rapid test sebagian dari mereka dan hasilnya banyak negatif dari virus covid 19. Namun ada pula yang masuk data sebagai pasien dalam pengawasan (PDP) bahkan hingga positif virus corona.
“97 orang yang kami rapid tes itu hasilnya negatif, sudah sebagian dari mereka yang kami tracing. Ada juga yang di PDP kan positif,” katanya.
Kemudian, ia melanjutkan terkait pasien PDP dan positif itu secara riwayat perjalanan memang dari Gowa namun usai dari situ beberapa dari mereka tak langsung balik ke Samarinda, ada yang sempat mampir ke Kota Makassar dan lainya ke Kota Banjarmasin dulu sebelum balik ke Samarinda.
Dari riwayat perjalanan itu Ismed menyebutkan sulit kalau kemudian dikatakan sebagai cluster ijtima ulama dari Gowa. Sebab, kata Ismed, bisa jadi pasien terkena pandemi corona bukan pada saat berada di Gowa tetapi pada saat riwayat perjalanan menuju pulang ke Samarinda.
“Kalau ada yang di PDP kan positif itu karena mereka gak langsung pulang. Ada yang dari Makassar nah kemungkinan dia dapatnya bukan dari pada saat di Gowa, bisa saja dapat di Makasar. Ada juga PDP lainnya, tapi harus kita tahu bisa jadi karena dia sempat ke Banjarmasin dulu,” ungkapnya.
Kembali terkait soal hasil rapid tes negatif, Ismed menyebutkan 97 orang itu statusnya menjadi orang dalam pemantauan (ODP) sehingga mereka wajib menjalankan isolasi mandiri di rumah. Ketika lebih hitungan hari itu maka status ODP akan dicabut.
“Protokolnya tetap 14 hari. Kalau lebih dari itu tidak ada gejala maka status odpnya sudah gak. Sekarang kami fokus suspect kecurigaan kearah positif yang kami tracing,” pungkasnya.
Sementara itu, Kordinator Kelompok Kerja 30, Buyung Maharajo mengatakan seharusnya masyarakat diberikan informasi data yang tepat. Katanya, kalau kemudian terjadi banyak versi terkait data jumlah yang berhubungan cluster-cluster virus covid dalam pihak berwenang justru menimbulkan pertanyaan bagi publik.
“Artinya secara koordinasi dalam penanganan ini, baik secara data informasi atau apapun itu patut dipertanyakan. Bisa saja di Kaltim yang terungkap lebih dari data. Mestinya masyarakat itu diinformasi berdasarkan satu informasi yang terbangun dari keseriusan dalam berkoordinasi,” ungkapnya. (tim redaksi Diksi)