DIKSI.CO, SAMARINDA - Andi Harun, Wali Kota Samarinda, hadir dalam acara pelantikan Seksi Mahasiswa - Ikatan Ahli Geologi Indonesia (SM-IAGI), Minggu malam (28/6/2021).
Dalam agenda pelantikan itu juga digelar diskusi publik membahas rencana pembangunan Terowongan Gunung Manggah.
Andi Harun dalam pemaparannya menjelaskan, pembangunan Terowongan Gunung Manggah, jadi alternatif memecah kemacetan di daerah Sungai Dama.
Pembangunan terowongan ini jadi alternatif paling murah, dibandingkan membangun jalan layang.
"Lebih murah dari jalan layang. Terowongan diperkirakan memakan biaya sekitar Rp450 miliar. Sementara jalan layang lebih besar sekitar Rp750 miliar," kata Andi Harun.
Persiapan pembangunan dilakukan pihak Pemkot Samarinda. Seperti perencanaan awal dan investigasi geoteknis.
Selain itu juga dilakukan analisis dampak lingkungan.
"Investigasi geoteknis, sedang berjalan bahkan mungkin sudah selesai. Analisa dampak lingkungan juga berjalan. Hal itu jadi pertimbangan utama dalam membuat desain terowongan," jelasnya.
Andi Harun juga menegaskan pihaknya telah melakukan pembahasan mengenai konsep desain dan struktur dalam terowongan.
"Terowongan akan menghubungkan Jalan Sultan Alimuddin ke Jalan Kakap, teroeongan akan berada di sekitar RSKD Atma Husada," tegasnya.
Terowongan ini rencananya dibangun setinggi 10 meter, dengan lebar 12 meter.
Panjang terowongan yang dibangan 550 meter, dan akses dua lajur kendaraan.
Sementara itu Fajar Alam, Ketua IAGI Kaltim menjelaskan fenomena geologi di lokasi rencana pembangunan terowongan mesti dikaji lebih lanjut.
Menurutnya dilokasi itu terdapat batuan pasir yang dikenal cukup keras. Hal inipun dinilai jadi peluang pembangunan konstruksi terowongan.
Hanya saja di batu pasir itu banyak terdapat rekahan dan lipatan bebatuan.
"Secara umum untuk yang batu pasir cukup masif keras. Tapi dia punya banyak bidang rekah karena sudah terlipat, lipatan itu mengakibatkan rekahan bebatuan apalagi setelah dia bergerak, ada bagian yang naik dibanding bagian yang lain," papar Fajar Alam.
Untuk permukaan tanah di area itu merupakam lapukana dari bebatuan dan sisiapan batu lempung.
Kondisi itu membuat adanya potesi tanah longsor.
"Ada potensi air bisa menyusup di rekahan batuan yang ada, sampai sisi yang lebih dalam," ungkapnya.
"Selama ini yang sering terjadi longsor adalah bagian yang atas, ketika batuan itu lapuk dan menjadi pasir lempungan. Karena dia memiliki kemampuan yang lebih rendah dalam mengalirkan air ketika musim hujan," sambungnya.
Fajar Alam mengungkap pembangunan terowongan dapat dilakukan setidaknya 10 meter dari permukaan tanah yang paling tinggi. Hal itu guna memastikan sudah mengenai batuan keras.
Hanya saja mesti dipelajari lebih lanjut, lantaran bebatuan di sana memiliki banyak cacahan bebatuan, dan bukan batuan yang masiv.
"Perlu studi kelayakan, maka harus dengan seksama dilaksanakan. Pertimbangan-pertimbangan teknis berikutnya juga harus lebih hati-hati," pungkasnya. (tim redaksi Diksi)