Kutim Catat Prestasi Gemilang dalam Penurunan Stunting, Peringkat 8 se-Kaltim

DIKSI.CO, KUTIM – Upaya percepatan penurunan stunting yang dilakukukan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Kutai Timur (Kutim) menunjukkan prestasi luar biasa.
Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2024, prevalensi stunting di Kutim turun tajam sebesar 8,4 persen, dari sebelumnya 29 persen menjadi 20,6 persen.
Penurunan ini menempatkan Kutim di peringkat 8 se-Kalimantan Timur, naik dari posisi 10 tahun sebelumnya.
Kepala Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DPPKB) Kutim, Achmad Junaidi menegaskan bahwa capaian ini bukan hasil kerja satu pihak, melainkan buah dari kolaborasi dan sinergi lintas sektor.
“Kami bekerja bersama perangkat daerah, organisasi mitra, hingga pemangku kepentingan di lapangan. Hasil ini menunjukkan bahwa pendekatan kolaboratif sangat efektif,” ujar Junaidi.
Kolaborasi Lintas Sektor Menjadi Kunci
Keberhasilan Kutim menurunkan stunting tidak lepas dari kerja sama berbagai pihak.
DPPKB Kutim memimpin koordinasi program bersama Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS), perangkat daerah, serta mitra strategis.
Setiap intervensi diarahkan untuk menjangkau keluarga yang paling berisiko mengalami stunting.
Junaidi menambahkan bahwa penguatan tata kelola program melalui Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dari BPKP turut mempercepat pencapaian target.
Pendekatan ini memastikan setiap program berjalan sesuai rencana, efektif, dan tepat sasaran.
“Kolaborasi dan pendampingan yang berkelanjutan menjadi fondasi utama keberhasilan ini,” jelasnya.
Penurunan Keluarga Berisiko Stunting
Selain prevalensi stunting, Kutim juga berhasil menekan angka Keluarga Berisiko Stunting (KRS).
Berdasarkan data Sistem Informasi Keluarga (SIGA) BKKBN RI, tren penurunan KRS terlihat jelas, yakni Semester II 2023: 19.900 KRS, Semester I 2024: 15.576 KRS, September 2024: 12.362 KRS dan Semester II 2024: 11.973 KRS
Penurunan angka KRS ini menunjukkan bahwa intervensi yang dilakukan tepat sasaran dan berhasil menyentuh keluarga yang benar-benar membutuhkan dukungan.
Dengan menekan jumlah KRS, Kutim memastikan program gizi dan kesehatan anak berjalan efektif sejak tahap keluarga.
Posisi Kutim Lebih Unggul di Kalimantan Timur
Hasil penurunan stunting membuat Kutim unggul dibanding kabupaten tetangga.
Kini, Kutim berada di atas Kabupaten Kutai Barat (21,0 persen) dan Penajam Paser Utara (21,9 persen).
Posisi ini menjadi bukti nyata bahwa strategi penurunan stunting yang diterapkan di Kutim mampu memberikan dampak signifikan bagi masyarakat.
Junaidi menekankan bahwa keberhasilan ini harus dijaga.
“Kami tidak hanya fokus pada capaian saat ini, tetapi juga berkomitmen untuk menjaga tren positif demi kesejahteraan anak-anak Kutim,” ucapnya.
Kutim Menuju Indonesia Emas 2045
Prestasi ini menjadi langkah penting Kutim dalam mendukung Indonesia Emas 2045.
Dengan menurunkan stunting dan menekan KRS, Kutim berkontribusi pada pembentukan generasi sehat, cerdas, dan produktif.
Junaidi menegaskan, pemerintah kabupaten akan terus mendorong program-program inovatif, kolaboratif, dan berbasis data untuk memastikan setiap anak Kutim mendapatkan gizi dan kesehatan optimal.
Langkah ini mencerminkan semangat Kutim Hebat dalam menghadapi tantangan masa depan.
Kutim membuktikan bahwa kolaborasi, pendampingan, dan penguatan tata kelola program mampu menurunkan angka stunting secara signifikan. (Adv)