Turki Bangun Shelter Bom di Berbagai Provinsi, Respon Langsung Erdogan Usai Perang Iran-Israel

DIKSI.CO – Pemerintah Turki resmi memulai pembangunan tempat perlindungan bom (shelter) di seluruh wilayahnya, menyusul kekhawatiran atas meningkatnya ketegangan di kawasan Timur Tengah.

Proyek berskala nasional ini telah mendapatkan persetujuan langsung dari Presiden Recep Tayyip Erdogan dalam rapat kabinet pada Juni lalu.

Langkah ini diambil tak lama setelah pecahnya perang 12 hari antara Iran dan Israel pada pertengahan Juni, yang menyulut kekhawatiran di Ankara terhadap potensi konflik regional yang lebih luas.

Menurut laporan Middle East Eye yang dikutip pada Rabu (27/8), pembangunan shelter telah dimulai di provinsi, termasuk ibu kota Ankara.

Sumber dari pemerintahan Turki menyebut bahwa keputusan Erdogan dipicu oleh laporan dari Akademi Intelijen Nasional, yang menyoroti perlunya sistem peringatan dini dan infrastruktur perlindungan warga sipil.

Laporan tersebut juga merekomendasikan pemanfaatan stasiun metro bawah tanah di kota-kota besar sebagai shelter darurat.

“Pemerintah terinspirasi oleh sistem perlindungan sipil yang sudah lama diterapkan di negara-negara seperti Israel, Jepang, dan Swiss,” tulis laporan tersebut.

Media nasional Turki, NTV, juga melaporkan bahwa proyek ini bertujuan untuk menciptakan “area aman bagi warga sipil jika terjadi perang atau bencana besar, termasuk ancaman nuklir.”

Meski Turki memiliki regulasi sejak 1987 yang mewajibkan pembangunan shelter di gedung tertentu, implementasinya selama ini dinilai lemah.

Banyak shelter yang dibangun justru beralih fungsi menjadi tempat parkir atau gudang.

Kementerian Urbanisasi kini tengah melakukan evaluasi besar-besaran terhadap infrastruktur perlindungan yang ada, serta merancang regulasi baru agar bangunan masa depan lebih siap menghadapi potensi konflik.

Pembangunan shelter ini mencerminkan pergeseran kebijakan pertahanan sipil Turki, dari yang semula minim persiapan, menjadi lebih aktif dalam membangun ketahanan domestik menghadapi ketidakpastian geopolitik. (*)

Exit mobile version