Minggu, 19 Mei 2024

Wahai Pemerintah, RS Plat Merahmu Itu Sedang Kesusahan 

Koresponden:
diksi redaksi
Minggu, 18 Juli 2021 16:23

Template berita Wahai Pemerintah, RS Plat Merahmu Itu Sedang Kesusahan/ Diksi.co

DIKSI.CO, SAMARINDA – Lonjakan kasus Covid-19 terjadi di beberapa daerah di Indonesia, termasuk diantaranya Kaltim. 

Update per Minggu, 18 Juli 2021, total ada 96 ribu kasus, dengan rincian 78. 490 dinyatakan sembuh. Sementara untuk total meninggal adalah 2.392 kasus. 

Penanganan Covid-19 tak lepas pula dari peran rumah sakit serta tenaga kesehatan. Menilik di ibukota Kaltim, kesulitan dialami beberapa rumah sakit, termasuk pula untuk rumah sakit plat merah milik pemerintah, RSUD AW Syahranie

Beberapa waktu terakhir, dua rumah sakit di Samarinda tidak melayani penanganan pasien Covid-19. Dua rumah sakit itu RSUD Abdul Wahab Sjahranie (AWS) Samarinda, dan RS SMC Samarinda.

Pihak rumah sakit beralasan, fasilitas isolasi mereka tengah penuh oleh pasien. Padahal banyak warga yang masih hilir mudik mencari rumah sakit guna mendapatkan perawatan medis usai terkonfirmasi positif.

Puncaknya, setelah seorang warga asal Jalan Lambung Mangkurat, Samarinda Ilir, terpaksa menghembuskan nafas terakhirnya.

Padahal warga tersebut telah mendatangani RSUD AWS untuk dapat penanganan medis sesak nafas dan demam. Hanya saja, karena  fasilitas rumah sakit terisi penuh, sehingga pasien itu tidak bisa ditangani.

Padahal Pemprov Kaltim memiliki dua failitas karantina perawatan pasien Covid-19, RSUD AWS dan Asrama BPSDM Kaltim di Kecamatan Loa Janan Ilir.

Pemprov Kaltim pun dianggap lambat menangani kenaikan kasus Covid-19, khususnya di Bumi Mulawarman. Pasalnya fasilitas karantina milik provinsi, masih jauh berada di bawah Samarinda.

Pemkot melalui Dinkes Samarinda memiliki lima pusat karantina, seperti RSUD IA Moeis, Puskar Bapelkes, Puskar Lempake, Puskar Sungai Siring, dan Puskar Palaran.

Menanggapi hal tersebut, dr Padilah Mante Runa, Kepala Dinas Kesehatan Kaltim, menyampaikan dinkes sebenarnya telah memikirkan penambahan pusat karantina.

Hanya saja, saat ini pihaknya masih fokus memaksimalkan Asrama BPSDM Kaltim. 

"Ada memang ke arah sana. Tapi kan BPSDM ini belum penuh juga," kata dr Padilah, Minggu malam (18/7/2021).

Dinkes Kaltim telah menambah kapasitas Asrama BPSDM Kaltim untuk merawat pasien Covid-19, dari sebelumnya berjumlah 150 tempat tidur, menjadi 180 tempat tidur.

"Sempat kami tambah ke 150, tapi penuh, sekarang kami tambah lagi ke 180 tempat tidur. Itu yang kami maksimalkan dulu. Sekarang ada 151 TT terisi ada 29 TT kosong," jelasnya.

"Bisa perawatan medis di sana, dikhususkan untuk gejala ringan sampai sedang," sambungnya.

Nantinya ketika Asrama BPSDM Kaltim dirasa tidak mampu lagi menampung pasien Covid-19, barulah pihaknya akan membuka fasilitas karantina lainnya.

Alasan tidak dibukanya fasilitas karantina baru, dr Padilah beralasan jika pihaknya kekurangan tenaga medis.

Pihaknya sempat beberapa kali telah membuka rekrutmen tenaga medis untuk penanganan Covid-19. Hanya saja, tidak ada satupun yang melamar di rekrutmen tersebut.

"Tenaga medisnya ambil dimana. Kami mau tambah, ada uang untuk gaji mereka, tapi tidak ada yang melamar," paparnya.

Ditanya berapa tenaga medis milik Pemprov Kaltim saat ini, dirinya juga tidak menjawab pertanyaan tersebut, dengan alasan tidak hafal jumlah.
Dirinya hanya menjelaskan tenaga media yang ditugaskan di Asrama BPSDM Kaltim. Di fasilitas kesehatan itu, terdapat 4 orang dokter dan belasan perawat.

"Asrama BPSDM dokternya sedikit, cuma 4 orang, perawat kami tambah 8, total ada belasan perawat di sana," tegasnya.

Sementara itu, ditanya soal usulan tenaga medis ke pusat, dr Padilah melontarkan nada pesimis.

"Aduh, tidak bisa kita harapkan pusat. Dari tahun lalu kami harap ada dari pusat, tapi tidak ada," pungkasnya. (*) 

RS Plat Merah Kepenuhan Pasien Covid-19

Sementara itu, pihak RSUD Abdul Wahab Sjahranie (AWS) Samarinda banting tulang menghadapi gelombang pasien Covid-19 yang terus berdatangan ke rumah sakit.

Dari 100 tempat tidur yang disediakan, seluruhnya telah terisi pasien terpapar Covid-19. Akhirnya, RSUD AWS terpaksa menutup sementara layanan IGD sejak 9 Juli 2021 lalu.

Meski begitu, pihaknya tidak dapat menghindari gelombang pasien yang datang. Rumah Sakit Pelat Merah ini pun menerapkan sistem buka tutup layanan IGD.

"Sistemnya buka tutup. Kalau full kami tutup, bila pasien sudah bisa digeser kami buka," kata dr David Hariadi Masjhoer, Direktur RSUD AWS Samarinda, dihubungi Minggu sore (18/7/2021).

Tidak ingin masalah ini berkelanjutan, manajemen akan menambah kapasitas ruangan dan tempat tidur isolasi bagi pasien Covid-19.

Usai rapat bersama Andi Harun, Wali Kota Samarinda, RSUD AWS akan menambah 40 tempat tidur, atau 40 persen dari kapasitas sebelumnya.
Penambahan akan dilakukan dalam waktu dekat.

"RSUD AWS Samarinda akan tambah jadi 40 persen kapasitas perawatan pasien Covid-19," jelasnya.

140 Tenaga Kesehatan RSUD AWS Terpapar Covid-19

Tidak hanya masalah kapasitas yang dihadapi rumah sakit. RSUD AWS Samarinda juga menghadapi masalah banyaknya tenaga kesehatan terpapar Covid-19.

dr David menerangkan total ada 140 nakes yang terpapar corona saat ini. Beberapa telah ada yang telah menyelesaikan isolasi mandiri. 

"Saat ini jumlahnya sudah sekitar 140an nakes terpapar Covid-19. Tetapi sudah ada juga yang sudah selesai isolasi. Tetapi belum banyak. Rata-rata kondisi mereka masuk kelompok ringan," ungkapnya.

Namun sebagian besar tengah mendapat perawatan di RSUD AWS Samarinda.

"Ada beberapa juga yang sedang dan sampai dirawat," sambungnya.

dr David melanjutkan, meski tenaga medis telah terbiasa dibebani tanggung jawab menangani pasien Covid-19. Hanya saja dengan banyaknya nakes terpapar telah mengganggu pelayanan di rumah sakit.

"Jelaslah pelayanan terganggu. Pelang penutupan itu karena kapasitas daya tampung yang sudah tidak memadai, baik tempat tidur, nakes maupun peralatan medis," tegasnya.

Ditanya terkait jumlah rincian nakes yang terpapar Covid-19, dr David enggan merespon dan tidak menjawab pertanyaan wartawan.

Padahal, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) cabang Samarinda, telah merilis data mitigasi pendampingan dokter pandemi Covid-19 di Kota Tepian.

Menurut data yang diupdate pada 17 Juli 2021 kemarin, total ada 174 dokter di Samarinda terkonfirmasi positif Covid-19.

Berikut rincian mitigasi dokter yang terpapar Covid-19 di Samarinda:
Dokter (120 orang)
Dokter Spesialis (42 orang)
Internsip (4 orang)
PPDS (8 orang)
Sumber: IDI Samarinda

Dari jumlah tersebut, 39 dokter saat ini masih menjalani perawatan Covid-19. Dokter yang telah dinyatakan sembuh sebanyak 133 orang. Sementara dokter yang gugur berjuang melawan Covid-19 berjumlah 2 orang. 

Usulan Bantuan Keuangan Belum Ada Diterima Provinsi

Pemprov Kaltim belum menerima usulan bantuan penanganan Covid-19 dari beberapa daerah di Kaltim.  Termasuk diantaranya, 3 daerah di Kaltim yakni Balikpapan, Berau dan Bontang yang menerapkan PPKM Darurat. 

Hal demikian disampaikan Kabiro Humas dan Protokol Setprov Kaltim, Syafranuddin. 

“Kita selalu rapat koordinasi setiap minggunya, tapi memang belum ada usulan bantuan atau kebutuhan yang diajukan dari pemerintah kabupaten/keota,” ujar Syafranuddin, Sabtu (17/7/2021). 

Untuk hal itu, saat ini pihaknya dalam posisi menunggu usulan bantuan kebutuhan dari kabupaten/kota untuk penanganan Covid-19 di daerahnya masing-masing.

Ia sampaikan kewenangan penanganan Covid-19 di masing-masing daerah sepenuhnya ada pada pemerintah kabupaten/kotanya.

“Segala sesuatunya itu berdasarkan keperluan kabupaten/kota, jadi pemprov, memberikan arahan dan bertugas mem-back up jika ada hal-hal yang dibutuhkan oleh kabupaten/kota terkait penanganan Covid 19,” ujarnya. 

Hal tersebut, menurut Ifan, dilakukan karena kebutuhan dan kondisi Covid-19 di masing-masing kabupaten/kota adalah berbeda-beda. 

Ifan, demikian Syafranuddin biasa disapa, sampaikan bahwa yang dapat dilakukan Pemprov saat ini adalah mengoptimalkan kebutuhan fasilitas kesehatan (faskes) yang berada di bawah pengelolaan Pemprov di masing-masing daerah, dan upaya pelaksanaan vaksinasi.

“Selama ini koordinasinya ada di Pemprov, kita harus melihat kebutuhan apa saja yang diperlukan masing-masing kabupaten/kota karena mereka yang mengerti apa yang kurang di daerahnya masing-masing, kalau ada usulan bantuan dari kabupaten/kota tentu provinsi pasti bantu,” katanya. 

Andi Harun Akan Panggil Managemen RS H Darjad

Pemerintah Kota Samarinda panggil pihak manajemen rumah sakit plat merah dan swasta yang saat ini tengah berjibaku menangani lonjakan pasien Covid-19.

Pemanggilan ini berkaitan dengan upaya Pemkot untuk melakukan screening kesiapan fasilitas penanganan pasien.

"Kiita lakukan screening semua secara langkap berapa total kapasitas tempat tidurnya di rumah sakit masing-masing, lalu dari sekian total kapasitas itu  beberapa kapasitas covid nya dan ternyata hari ini tadi perhari ini itu baru memang RS I.A Moeis yang mencapai lebih 40 persen," ujar Andi Harun kepada awak media, Minggu (18/7/2021).

Sementara itu, Andi Harun mengatakan, terdapat satu rumah sakit yang saat pertemuan tidak hadir, yakni RS H Darjad. RS tersebut tercatat belum menerima satupun pasien terkonfirmasi positif Covid-19.

"Masih nol persen pasien Covid-19. Sementara arahan nasional, minimal 30 persen, saya udah tugaskan dr Ismed untuk memanggil managemen rumah sakitnya agar mereka memenuhi kewajiban nasional," tegasnya.

AH sapaan karib wali kota memastikan, Samarinda saat ini masih memiliki stok obat-obatan dan tabung oksigen.

"Alhamdulillah kita hanya persoalan di BOR (Bed Occupancy Rate) saja ya kalau soal obat-obatan dan tabung oksigen kita sudah antisipasi beberapa hari sebelumnya, jadi kita konsentrasi sama bor," pungkasnya.

Feature: Cerita Pengantar Pasien Isoman yang Ditolak Rumah Sakit Saat Kritis hingga Akhirnya Meninggal di Dalam Ambulans

Kasus pandemi yang kian meroket banyak meninggalkan cerita pilu. Seperti kejadian yang belum lama ini menyayat hati warga Kota Tepian. Yang mana pada Jumat (16/7/2021) kemarin, sekira pukul 21.00 Wita seorang pria berinisial TH (48) menghembuskan nafas terakhirnya di dalam mobil ambulans sebab tak mendapatkan perawatan rumah sakit.

Diceritakan Nanang Arifin, Ketua Relawan Papadaan pada hari kejadian sekira pukul 18.30 Wita dirinya mendapatkan telepon dari layanan  call center 112 untuk bantu melakukan evakuasi kepada TH yang tinggal seorang diri dirumah kontrakan, Gang 10, RT 10, Jalan Lambung Mangkurat, Kelurahan Pelita, Kecamatan Samarinda Ilir. 

"Kenapa kami melakukan evakuasi, karena saat itu petugas 112 sedang menangani pasien covid (Covid-19) lainnya. Dan kebetulan juga, almarhum ini tinggal satu lingkungan sama kami," tutur Nanang bercerita. 

Berbekal informasi, jika TH mengalami keluhan kesehatan seperti demam, sakit kepala dan pilek Relawan Papadan yang berjumlah tiga orang kala itu melengkapi diri dengan mengenakan pakaian hazmat.

"Gejala keluhan ini kan mengarah ke dugaan itu (Covid-19) dan kami antisipasi jadi pakai APD (alat pelindung diri) lengkap," kata Nanang. 

Selain itu, lanjut Nanang, ia juga mendapatkan informasi dari warga sekitar jika TH sejak lima hari terakhir telah melakukan isolasi mandiri (isoman) di kediamannya.

Akhirnya, sekitar pukul 18.30 Wita kami melakukan perjalanan menuju rumah sakit umum (RSUD AW Sjahranie)," jelasnya. 

Setibanya di RSUD AW Sjahranie, Nanang beserta dua rekannya terkejut sebab pihak sekuriti rumah sakit berplat merah itu dengan tegas menolak kedatangan mereka, sebab ruangan perawatan sedang penuh. 

Tak pasrah begitu saja, Nanang coba meminta agar sekuriti lebih dulu mengkomunikasikan ke atasannya. Lantaran kondisi TH yang sudah dalam keadaan kritis dan tak lagi bisa menunda perawatan medis. 

"Sekuriti itu sempat telpon gitu di dalam. Kemudian dia keluar lagi dan bilang di sinu sudah penuh silahkan ke rumah sakit lainnya," lanjutnya. 

Mendengar hal tersebut, Nanang bersama dua rekannya langsung bergegas menyalakan mesi kendaraan roda empatnya dan langsung menuju Rumah Sakit SMC. Namun setibanya di rumah sakit kedua ini, sekira pukul 19.20 Wita Nanang kembali mendapat penolakan serupa dari sekuriti setempat. 

"Di SMC juga ditolak, katanya karena ruangan penuh dan obat-obatan sudah habis," sebutnya. 

Tak putus asa, Nanang bersama dua rekannya kembali tancap gas dan bergegas menuju RSUD IA Moeis yang berlokasi cukup jadi dari RS SMC. Di rumah sakit ketiga ini, Nanang kembali mendapat penolakan dengan alasan serupa. 

Melihat kondisi TH yang semakin kritis dan nafas yang tersengal-sengal, Nanang lantas meminta seorang anggotanya kembali memasuki ruangan RSUD IA Moeis untuk meminta bantuan pertama berupa suplai tabung oksigen. 

"Dikatakan habis oksigen, saya kaget. Apalagi melihat almarhum semakin kritis. Karena evakuasi ini berdasarkan rujukan 112, akhirnya kami minta petugas rumah sakit untuk lakukan pemeriksaan lebih lanjut," kata Nanang. 

"Terus datang dua orang petugas rumah sakit ke ambulans kami. Mereka pasang alat gitu, dan dinyatakan almarhum sudah meninggal saat itu," kata Nanang lagi. 

Sementara itu, Ketua RT 10 bernama Iwan yang juga dijumpai media ini, saat itu langsung menelpon pihak keluarga TH untuk mengabarkan kondisi duka tersebut. TH diketahui merupakan warga Desa Maluhu, RT 17, Kecamatan Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) yang coba mengadu peruntungan di Kota Tepian. 

Singkat cerita, keluraga yang telah mendapat kabar bergegas menuju RSUD IA Moeis. Sekira pukul 21.00 Wita, jenazah akhirnya diturunkan dari mobil ambulans Relawan Papadaan untuk segera dimulai proses pemakamannya. 

Kepada media ini, Iwan selaku Ketua RT 10 menuturkan jika informasi yang ia dapat dari mantan istri TH, yang juga merupakan warga Kukar mengatakan jika almarhum dikebumikan pada Sabtu (17/7/2021) kemarin di pedalaman pasien Covid-19 Tenggarong, tepatnya di kawasan Bukit Biru. 

"Jenazah dimakamkan di pemakaman covid. Alasan istrinya daripada engga ada yang ngurus. Dia ngomong itu pas telpon saya siang harinya," jelas Iwan. 

Lebih jauh Iwan bercerita, jika TH telah bermukim di Gang 10 sejak dua bulan terakhir. Ia dikenal sebagai sosok yang pendiam. Bahkan beberapa waktu terakhir, TH sempat tak lagi terlihat batanf hidungnya. 

Curiga dengan keadaan TH, Iwan bersama warga lainnya lantas membuka paksa kediaman TH. Benar saja dugaan mereka, sebab TH ditemukan terkapar dilantai dengan kondisi tak lagi berdaya. 

"Ya sekarang ini baru berani kami buka rumahnya lagi (setelah dua hari). Berhubung juga kondisi panas terik, dan kami antisipasi lakukan penyemprotan disinfektan di sini," pungkasnya. (tim redaksi Diksi)

Tag berita:
Berita terkait
breakingnews