DIKSI.CO, SAMARINDA - Wakil Gubernur Kaltim, Hadi Mulyadi memberikan pandangannya soal Pj Gubernur Kaltim nanti.
Sebagaimana diketahui, Jabatan Gubernur dan Wakil Gubernur Kaltim tinggal menghitung bulan akan berakhir.
Masa jabatan gubernur dan wakil gubernur akan berakhir 1 Oktober 2023.
Masa transisi kepemimpinan akan diisi Penjabat (Pj) Gubernur sebelum terselenggaranya Pilkada 2024.
Pucuk roda pemerintahan di Kalimantan Timur akan digantikan sementara, sebelum nantinya kembali diisi Gubernur terpilih dalam Pilkada serentak.
Lalu, seperti apa kriteria Pj Gubernur Kaltim menurut Hadi Mulyadi?
Hadi Mulyadi mengatakan, sosok yang akan memimpin Kalimantan Timur pada masa transisi ke depan setelah ia dan Isran Noor selesai menjabat diharapkan tetap melanjutkan program yang telah dibangun selama ini.
"Siapa pun Gubernur atau Pj Gubernur-nya, program yang kami lakukan bisa dilanjutkan," harap Hadi Mulyadi.
Sementara sikap Hadi Mulyadi menatap Pemilu dan Pilgub 2024 dengan status petahana bersama Isran Noor rupanya masih 'samar' terlihat.
Wagub Hadi Mulyadi memilih menjawab diplomatis ditanya mengenai persiapan di Pilgub 2024.
"Begini, ada pemilihan legislatif (Pileg), baru Pilgub. Jadi, Pileg dulu yang pertama. Saya ikut ke sana dulu karena saya ketua partai. Kewajiban saya untuk membesarkan. Setelah Pileg itu hasilnya apa, baru kita pikirkan," ujar Hadi Mulyadi.
Saat ditanya apakah akan kembali maju bersama Isran Noor atau tidak pada 2024 mendatang, Hadi Mulyadi tersenyum dan menjawab "Saya sami'na wa atho'na," ucapnya.
Jika pilihannya maju menjadi Calon Gubernur Kaltim di Pilgub 2024 mendatang, Hadi Mulyadi mengatakan bahwa hal tersebut tidaklah etis jika ia maju.
Hadi Mulyadi tidak berkeinginan maju menjadi Gubernur Kaltim jika Isran Noor juga akan maju pada Pilgub 2024 mendatang.
Tampak samar bagi petahana, tetapi memang jawaban ini yang diungkap Hadi Mulyadi sebagai rasa hormatnya kepada Isran Noor.
Namun demikian, Hadi Mulyadi menegaskan tidak akan menolak jika kembali diajak berpasangan kembali pada Pilgub 2024.
"Tidak etis kalau saya maju. Enggak ada keinginan. Kalau beliau (Isran Noor) masih maju, saya enggak punya keinginan. Selama beliau masih mau maju, saya tidak akan," pungkasnya.
"Kalau beliau maju dan minta dampingi, saya (akan) dampingi," pungkasnya. (*)