Varian Gejala Baru Belum Diteliti, Virus Corona Kuat Kemungkinan Telah Bermutasi
DIKSI.CO, SAMARINDA– Berbagai negara mengklaim telah mempelajari mutasi virus 2019-nCoV atau Covid-19. Mutasi virus tersebut ditandai dengan munculnya beberapa varian gejala medis baru.
Bila awalnya virus ini menyebar di berbagai negara, umumnya hanya menunjukkan ciri-ciri berupa batuk, demam atau sesak napas, kini diduga tidak lagi. Karena pasien yang terkena corona merasakan gejala yang beragam, bahkan ada yang tak sama seperti dulu.
Atau bahkan orang yang terkena corona Covid-19 tidak mengalami gejala sama sekali atau disebut dengan orang tanpa gejala (OTG). Kondisi seperti ini jelas sangat berbahaya, karena tanpa disadari dapat menularkan virus corona ke orang lain. Baik itu lewat droplets atau sentuhan yang pasti tak disadari.
Beberapa gejala medis baru diduga akibat penularan Covid-19, di antaranya: nyeri otot, kulit gatal kemerahan, batuk berdahak, kelelahan, mata merah berair, diare, gangguan indera penciuman dan pengecap.
Akademisi dari Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman, dr Yadi, menyampaikan varian gejala medis baru itu diduga kuat akibat virus corona beradaptasi, bahkan bermutasi ketika memasuki tubuh manusia.
Mutasi virus tersebut seperti halnya kehadiran 2019-nCoV ini, merupakan virus yang bermutasi dari jenis sebelumnya yakni SARS dan MERS.
“Covid-19 ini kan varian baru dari jenis corona virus. Artinya dia berubah dari jenis corona virus yang lama. Saya tidak tahu kenapa dia bisa berubah. Sampai sekarang ini kan masih semacam teori saja,” kata dr Yadi.
“Setelah virus masuk ke dalam tubuh manusia, dia kemudian melakukan adaptasi. Adaptasi virus inilah yang menyebabkan virus ini menginfeksi manusia, karena struktur RNA-nya berubah, sehingga protein-proteinnya juga berubah. Akhirnya virus itu bermutasi di dalan tubuh manusia,” sambungnya.
Dokter Yadi menyebut, kendala tenaga medis saat ini di Indonesia, karena tidak adanya penelitian mengungkap mutasi virus corona hingga menyebabkan munculnya jenis gejala medis baru ke penderita. Bahkan, di beberapa temuan kedokteran di berbagai negara, corona virus tidak hanya menyerang kesehatan, tapi juga menyerang psikis.
Menurut jurnal dari StatPearls yang berjudul “Features, Evaluation, and Treatment Coronavirus (COVID-19)”, ini merupakan gejala tidak biasa yang banyak dilaporkan.
Perasaan tidak enak tersebut timbul dari rasa takut, kesepian, stres, dan gelisah yang didapatkan selama karantina.
“Kendalanya di Indonesia, sampai sekarang belum ada penelitian ke arah sana. Belum ada yang betul-betul meneliti, apakah virus ini mampu bermutasi hingga gejala medisnya berubah atau tidak,” paparnya.
Hal yang sudah dapat dipastikan saat ini adalah Covid-19 masuk ke tubuh manusia dan melekat ke dalam sel, lalu virus merusak sel. Bila virus banyak berada di saluran napas dan sebagian kecil di saluran pencernaan, maka gejala medisnya berkaitan dengan dua saluran itu. Oleh sebab itu, banyak ditemukan gejala medis seperti demam, batuk, sesak napas, radang paru-paru, hingga diare.
“Nah, kalau untuk gejala lain, saya tidak tahu. Karena susah virus ini ditemukan dalam darah. Oleh karena itu, untuk pemeriksaan virus saat ini menggunakan swab atau cairan dahak, maupun cairan di dalam paru-paru yang banyak terdapat virus,” tegasnya.
Penelitian mendalam terkait mutasi virus tersebut perlu dilakukan secepatnya, dengan melibatkan tim klinis dari rumah sakit maupun dari akademisi kedokteran, maupun bidang terkait. Karena, bila terjadi variasi dalam hal gejala maka tenaga medis bisa cepat melakukan antisipasi.
“Misalnya ada laporan gejala gatal-gatal atau kemerahan pada mata, apakah itu mungkin, kalau sekarang kami tidak tahu. Karena itu perlu dianalisis secara ilmiah. Bila nanti ternyata ada varian gejala medis baru untuk Covid-19 ini, tentu akan bermanfaat bagi tenaga medis maupun masyarakat,” tutupnya. (tim redaksi Diksi)
