DIKSI.CO – Suasana hangat dan penuh penghormatan mewarnai Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Perdamaian Gaza 2025, ketika Presiden Amerika Serikat Donald Trump menyambut Presiden Indonesia Prabowo Subianto dengan pujian yang mencuri perhatian dunia.
Dalam momen penyambutan para pemimpin dunia di panggung KTT bertajuk “Peace 2025”, Trump yang mengenakan setelan jas biru tampak menjabat tangan satu per satu pemimpin negara. Ketika giliran Prabowo tiba, Trump menyambutnya dengan senyum lebar dan menyebutnya sebagai “pria tangguh”.
“I see tough man right here,” ujar Trump sambil menjabat tangan Prabowo.
Keduanya sempat berbincang singkat sebelum berfoto bersama. Dalam sesi foto tersebut, Trump mengacungkan jempol ke arah Prabowo—gestur yang tidak ia lakukan kepada pemimpin lain. Prabowo pun membalas dengan jempol, menciptakan momen simbolik yang menunjukkan kehangatan hubungan kedua negara.
Tak berhenti di situ, dalam pidatonya di hadapan para pemimpin dunia, Trump kembali menyebut Prabowo sebagai “sosok luar biasa dari Indonesia”. Pujian tersebut disambut tepuk tangan dari delegasi yang hadir.
“Bersama kita adalah Presiden Prabowo, sosok luar biasa dari Indonesia,” kata Trump.
Pernyataan Trump itu pun mendapat tepuk tangan dari para pemimpin dunia. Prabowo lalu memberi hormat ke Trump dan kemudian keduanya tampak saling menghampiri untuk bersalaman.
Trump Puji Indonesia Negara Berkembang Luar Bias Kemudian, Trump juga sempat memuji Indonesia.
Ia menyebut Indonesia sebagai negara yang berkembang dengan luar biasa.
“Indonesia, kita sudah bahas, dan saya hanya ingin mengatakan bahwa itu negara besar, negara yang kuat, yang berkembang luar biasa,” kata Trump.
Trump mengaku sangat senang Indonesia menjadi bagian dari KTT perdamaian di Gaza. Trump juga memuji kehadiran Prabowo dalam penandatanganan kesepakatan perdamaian Gaza.
“Sangat menyenangkan memiliki Anda di sini. Irak, kita juga punya Irak,” ujar Trump.
Dalam suasana KTT tersebut, percakapan Prabowo dan Trump juga sempat bocor ke publik.
Percakapan itu ketika mikrofon yang masih aktif menangkap percakapan antara Presiden Indonesia Prabowo Subianto dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
Dalam video yang kini viral di media sosial, kedua pemimpin tampak berdiri di belakang podium, tampaknya tidak menyadari bahwa mikrofon di dekat mereka masih menyala. Rekaman tersebut memperlihatkan dua bagian percakapan yang menarik perhatian publik.
Presiden Prabowo terdengar menyampaikan kepada Trump tentang sebuah wilayah yang ia anggap “tidak aman”. Namun, lokasi spesifik yang dimaksud belum teridentifikasi, memunculkan spekulasi di kalangan analis dan media.
Bagian lain dari percakapan menunjukkan Prabowo meminta kesempatan untuk bertemu dengan Eric Trump, putra Donald Trump yang juga dikenal sebagai pengusaha dan tokoh politik.
Trump merespons dengan santai, mengatakan akan menyampaikan kepada Eric untuk menghubungi Prabowo. Belum jelas apakah pembicaraan tersebut mengarah pada kerja sama bisnis, diplomasi, atau sekadar obrolan pribadi.
Berikut Percakapan Prabowo dan Trump yang bocor:
Prabowo: Bisakah saya bertemu Eric?
Trump: Saya akan meminta Eric menelepon. Haruskah saya melakukannya? Dia anak yang baik. Saya akan meminta Eric menelepon.
Prabowo: Kita akan mencari tempat yang lebih baik.
Trump: Saya akan meminta Eric meneleponmu.
Prabowo: Eric atau Don Jr.
Diketahui, Eric Trump dan saudaranya, Donald Trump Jr, keduanya menjabat sebagai wakil presiden eksekutif Trump Organization.
Sosok Eric Trump
Eric Trump merupakan anak kedua Trump bersama istri pertamanya, Ivana. Pria berusia 41 tahun ini merupakan wakil presiden eksekutif di Trump Organization, perusahaan keluarga Trump yang didirikan sejak 1927.
Berdasarkan situs web perusahaan, Eric bertanggung jawab atas semua aspek bisnis, termasuk akuisisi, pembiayaan, desain, konstruksi, branding, dan semua operasi perhotelan.
Eric disebut memainkan peran penting dalam kebangkitan Trump Golf. Ia mengembangkannya dari hanya tiga properti pada 2006 menjadi 21 klub kelas dunia di seluruh AS, Eropa, Asia, dan Timur Tengah.
Beberapa hal lain yang sukses dipegang oleh Eric, yaitu Trump Hotels, kompleks properti Mar-a-Lago Club, hingga Trump Winery.
Pada 2011, Eric meluncurkan Trump Winery di Virginia. Bisnis anggurnya itu sukses besar hingga meraih berbagai penghargaan, termasuk penghargaan Rising Star of the Year 2013 dari Wine Enthusiast.
Eric juga disebut mengawasi lebih dari 20 proyek besar yang sedang dikembangkan di seluruh dunia, termasuk usaha patungan besar di Republik Dominika, Indonesia, Filipina, Uni Emirat Arab, Arab Saudi, Oman, India, Uruguay, dan pasar internasional utama lainnya, yang semakin memperluas jangkauan dan pengaruh merek Trump.
Selain menjabat di Trump Organization, Eric juga menjalankan badan amal bernama Eric Trump Foundation, yang menyumbangkan dana untuk Rumah Sakit Anak St. Jude.
Menurut situs web yayasan tersebut, badan filantropi tersebut menjanjikan hampir US$28 juta kepada St. Jude. Tidak diketahui berapa banyak yang sudah disumbangkan yayasan ke RS tersebut.
Eric hanya mengaku kepada The Washington Post bahwa ratusan ribu dolar dana berasal dari kantong ayahnya.
Dilansir dari The Hill, Eric telah menghabiskan setahun terakhir ini dengan bepergian ke luar negeri untuk mempromosikan mata uang kripto milik keluarganya, World Liberty Financial. Perusahaan tersebut didirikan dengan dukungan kuat dari pemerintahan Trump.
Beberapa anggota parlemen telah menyuarakan kekhawatiran mengenai ketidakwajaran hubungan antara pemerintahan Trump dan bisnis keluarga sang Presiden. Meski begitu, Eric menegaskan bahwa dia bertindak “etis” terlepas dari hubungannya dengan Gedung Putih.
“Saya tidak ada hubungannya dengan pemerintah. Saya bekerja di sektor swasta sepanjang hidup saya,” ucapnya kepada Nikkei Asia.
Pada Desember 2016, Eric memutuskan menghentikan operasional Eric Trump Foundation. Hal ini karena ramainya spekulasi mengenai akses khusus yang didapatnya dari Gedung Putih.
Pada 2017, sebuah laporan investigasi muncul di Forbes yang menunjukkan bahwa badan amal miliknya digunakan untuk mengalihkan sejumlah besar uang menjadi pendapatan bagi Trump Organization.
Forbes melaporkan bahwa dana sebesar US$1,2 juta dari yayasan tersebut “tidak memiliki penerima yang terdokumentasi di luar Trump Organization”.
(*)