DIKSI.CO - Pendirian Serikat Pekerja Kampus (SPK) melalui kongres pendirian di Salemba, Jakarta Pusat pada Kamis (17/8/2023) diresmikan.
Pendirian ini juga mendapat banyak dukungan dari para aktivits buruh. Tak hanya di Indonesia, dukungan pasalnya juga diberikan oleh para aktivis pendidikan dari Australia hingga ke negara bagian Eropa.
Dari hasil kongres itu, Diah dikukuhkan sebagai Ketua Serikat Pekerja Kampus.
Sedangkan Hartiti mendampinginya sebagai Sekjend Serikat Pekerja Kampus.
“Kami menyadari marah saja tidak cukup. Mengumpat dan memaki tidak cukup, dan gerak tidak merubah keadaan. Oleh karena itu posisi tawar pekerja harus dinaikan. Kekuatan harus dilipatgandakan dan perlawanan harus diorganisir,” ucap Diah dalam Kongres Pendirian Serikat Pekerja Kampus, sore tadi.
Sebelum resmi berdiri, Diah juga menyampaikan bahwa awal mula terbentuknya SPK berawal dari peringatan Hari Buruh Internasional pada 1 Mei 2023 kemarin.
“Pada saat itu dosen mendeklarasikan diri sebagai buruh dan bergabung dengan hari buruh internasional. Inisiator SPK berpandangan semua sama, buruh tidak pandang kelamin dan harus saling membahu memperjuangkan nasib secara kolektif,” tegasnya.
Selain menyatakan dirinya sebagai buruh, Diah juga menyebut kalau pernah ada penelitian dari tim riset kesejahteraan dosen menemukan 42,9 persen pekerja pendidikan yang menerima upah di bawah Rp 3 juta perbulan.
Dari minimnya upah yang diterima, Diah menekankan kalau para tenaga didik sulit untuk memenuhi harap dan kebutuhan hidup mereka.
“Diskusi dan advokasi adalah media memperjuangkan pekerja kampus di Indonesia,” serunya.
Utamanya, seperti SPK yang berfokus pada kesejahteraan, diskriminasi kerja dan terabaikannya hak pekerja kampus. “Ini langkah awal untuk mencapai tujuan bersama,” pungkasnya. (tim redaksi)