Senin, 25 November 2024

Postingan Rektor ITK Sebut Penutup Kepala Manusia Gurun, Dosen Unmul: Tak Mencerminkan Kualitas Seorang Terpelajar

Koresponden:
diksi redaksi
Sabtu, 30 April 2022 12:58

Rektor ITK, Prof Ir Budi Santosa Purwokartiko, PhD/suara.com

DIKSI.CO, SAMARINDA - Postingan Rektor Institut Teknologi Kalimantan (ITK), Prof Ir Budi Santosa Purwokartiko, PhD di media sosial (medsos) menjadi sorotan netizen.

Postingannya di akun Facebook pribadinya itu pada Rabu (27/4/2022) dianggap rasis.

Dalam postingannya itu, Rektor ITK membahas soal wawancaranya terhadap mahasiswa yang ikut mobilitas ke luar negeri.

Anggapan rasis itu muncul setelah ia menuliskan "Jadi 12 mahasiswi yang saya wawancarai, tidak satupun yang menutup kepala ala manusia gurun".

Berikut ini postingan yang bersangkutan yang didapatkan dari media sosial.

POSTINGAN - Postingan yang beredar di media sosial/ Foto: IST


Terkait ini, dosen Universitas Mulawarman Herdiansyah Hamzah beri respon.

Pertama, ia sampaikan bahwa, pernyataan itu menggambarkan kualitas cara berpikirnya.

"Sama sekali tidak mencerminkan kualitas seorang terpelajar. Mereka yang kerap membangun argumentasi berdasarkan sentimen suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA) adalah mereka yang berpikir dangkal. Mencitrakan peradaban berdasarkan perbedaan biologis ras manusia, jelas merupakan tindakan rasis," ujarnya.

"Dan itu sangat disayangkan justru keluar dari mulut seorang guru besar sekaligus rektor, yang notabene pihak yang seharusnya berdiri tegak menentang rasisme. Kita selalu menghargai perbedaan pendapat, tetapi tidak ada ruang bagi mereka yang rasis. Sebab pernyataan rasis adalah tanda mereka yang terbelakang, mereka yang justru tidak menghargai peradaban," lanjutnya.

Kedua, disampaikan Castro lagi, yang disayangkan juga adalah pernyataan yang seolah-olah mengasosiasikan mahasiswa yang suka demo sebagai mahasiswa ber-IP rendah, bermasalah, dan bermasa depan suram.

"Ini jelas pernyataan yang tidak pantas dan tendensius, yang terkesan mengerdilkan mahasiswa yang suka demo sebagai manusia rendahan dalam derajat akademik. Pernyataan ini jelas buta dan tuli terhadap makna kebebasan berpendapat," katanya.

Padahal dilanjutkan Castro, dari demonstrasilah, sikap kritis mahasiswa ditempa.

"Dididik menjadi manusia yang memegang teguh prinsip, bukan menjadi manusia pembebek yang hanya pandai menjilat dan mengejar jabatan," katanya. (tim redaksi)

Tag berita:
Berita terkait
breakingnews