Jumat, 26 April 2024

Jawaban Calon Wali Kota Nomor Urut 2 Terkait Banjir yang Jadi Masalah Klasik di Samarinda

Koresponden:
diksi redaksi
Sabtu, 17 Oktober 2020 8:46

Warga saat menggunakan perahu untuk melintas ketika banjir terjadi di Samarinda beberapa waktu lalu/ Tirto.id

DIKSI.CO, SAMARINDABanjir masih jadi persoalan klasik di Samarinda yang hingga 2020 ini masih belum tuntas.

Beberapa upaya dilakukan, termasuk diantaranya pengerukan dan normalisasi Sungai Karang Mumus yang dilakukan sampai saat ini.

Penyelesaian banjir jadi satu dari masalah wajib terselesaikan yang selalu jadi pekerjaan rumah bagi siapapun kepala daerah yang menjabat dan memimpin Samarinda.

Hal ini pun juga pernah dijawab Andi Harun, salah satu tokoh yang pada 2020 ini maju sebagai calon wali kota Samarinda berpasangan dengan Rusmadi Wongso.

Di Pilkada Samarinda 2020, Andi Harun-Rusmadi diketahui dapatkan nomor urut 2.

Ia pun membenarkan bahwa penyelesaian banjir adalah hal utama yang ia dengar dari masyarakat, untuk diutamakan agar terselesaikan.

“Kami lakukan survei di 2019. Dari sana, ada 3 masalah fundamental yang diinginkan masyarakat untuk jadi prioritas terselesaikan. Tiga masalah itu adalah banjir, tata kota dan lapangan pekerjaan,” ujar Andi Harun saat diwawancara awak media beberapa waktu lalu.

Berangkat dari survei, kemudian Andi Harun lakukan seminar dan Focus Group Discussion (FGD). Pembahasan dengan melibatkan pakar dianggap perlu, agar ketika solusi ditawarkan ke masyarakat, sudah melalui proses ilmiah dan tidak asal menawarkan solusi.

“Dari seminar dan FGD itu kemudian muncul konsep penyelesaian banjir. Kami namakan solusi itu “Membangun Samarinda Tangguh Banjir”. Konsep ini lahir dari hasil penelitian dan studi empiris mengenai karakter banjir kota Samarinda,” ujarnya.

Ia jelaskan, faktor penyebab banjir tentu beragam, di antaranya pengaruh iklim atau cuaca, pengaruh perubahan daerah aliran sungai (DAS), pengaruh mengecilnya kapasitas sungai karena sedimentasi dan sampah, serta hilangnya daerah-daerah tampungan air permukaan karena alih fungsi lahan.

“Pada satu sisi keadaan morfologi kota Samarinda pada bagian hilir itu rendah dan bergelombang khususnya wilayah utara, sedangkan pada bagian hulunya bentuknya berbukit dan juga terdapat daerah patahan khususnya wilayah selatan. Dan pada sisi yang lain perubahan signifikan pada DAS Mahakam dan sub DAS Karang Mumus memaksa kita untuk berani melaksanakan program pengendalian banjir Samarinda yang terintegrasi antara penanganan daerah bagian hulu, bagian tengah, dan bagian hilir,” ujarnya.

Lantas apa yang baru dari penyelesaian banjir oleh Andi Harun-Rusmadi, juga dipaparkan.

Ia menyebut bahwa apa yang sudah berjalan baik dari pemerintahan sebelumnya akan terus dilakukan. Seperti misalnyua pengerukan sedimentasi Bendungan Lempake hingga normalisasi Sungai Karang Mumus.

“Sedangkan dari kami visi dan tekadnya untuk menempatkan pengendalian banjir kota Samarinda pada prioritas utama sejak di tahun pertama,” ujarnya. (*)

Halaman 
Tag berita:
Berita terkait
breakingnews