DIKSI.CO -- Selama tiga tahun terakhir, Kalimantan Timur (Kaltim) cenderung memiliki iklim yang stabil dan tergolong basah.
Namun berbeda pada 2023 saat ini. Pasalnya Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi kalau Agustus saat ini Kaltim akan diterpa puncak musim kemarau.
Dampak dari kemarau saat ini, BMKG memperkirakan adanya potensi kekeringan air dan gagal panen disektor perkebunan Bumi Mulawarman.
Hal itu diterangkan Kepala Stasiun Meteorologi Kelas I Sultan Aji Muhammad Sulaiman (SAMS) Sepinggan BMKG Balikpapan, Kukuh Ribudiyanto.
Kata dia, kondisi puncak kemarau yang saat ini menerpa Kaltim diperkirakan bisa berlangsung hingga Oktober 2023 mendatang.
“Dengan kondisi cuaca kemarau saat ini tentu sangat berpotensi pada Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla), kemudian ketersediaan air bersih yang sedikit, hingga potensi gagal panen pertanian dan perkebunan," ujar Kukuh.
Oleh sebab itu, Kukuh mengingatkan agar masyarakat saat ini bisa bersikap bijak. Yakni dengan menampung pasokan air bersih. Dan juga mengantisipasi potensi gagal panen di sektor pertanian maupun perkebunan.
Selain potensi yang bisa berdampak buruk terhadap usaha dan kebutuhan dasar masyarakat, Kukuh juga mengatakan kalau puncak kemarau saat ini banyak menimbulkan titik api. Alias hot spot di beberapa wilayah Kaltim.
"Untuk itu (titik api), kita selalu memantau begitu ada prodak titik panas langsung kita share baik mulai dari jam 07.00 sampai sore, jadi tidak dalam bentuk rekapan 24 jam,” sebutnya.
Menurutnya, titik api tersebut dapat berubah-ubah tiap jamnya karena ada beberapa faktor atau penyebab.
Dalam mengidentifikasi titik api, pihaknya membagi dalam 3 kategori. Rendah, sedang dan tinggi tingkat kepercayaan.
"Yang rendah dan sedang itu bisa saja karena disebabkan oleh pasir atau atap seng yang terpapar sinar matahari maka menimbulkan hawa panas, tetapi jika tinggi itu bisa dipastikan penyebabnya karena api," pungkasnya.
(*)