Klaster Ijtima Gowa, Seperti Mencari Jerami di Tumpukan Jarum
"Iya benar, tadi pagi sudah didata Babinkamtibmas, didatangi di rumah. Disuruh karantina mandiri di rumah 14 hari,"
-------Petikan wawancara singkat dari salah seorang pelaku perjalanan ke Ijtima Asia 2020 Gowa, Sulsel. Redaksi Diksi bertanya terkait apakah dirinya telah terdata oleh Dinas Kesehatan, sebagai peserta Ijtima Gowa. Wawancara dilakukan via WhatsApp, pada tanggal 30 Maret 2020-------
DIKSI.CO, SAMARINDA - Saat itu, waktu menunjukan pukul 12.25 Wita. Petugas medis bergegas menuju arah sumber suara. Brrraaakkk!!!, diduga salah satu pasien terjatuh di kamar mandi.
Bukan pasien biasa, tapi pasien ruang isolasi Covid-19. Lelaki paruh baya berinisial LMY, diduga terjatuh di dalam kamar mandi. Petugas bergegas, tapi pintu dikunci. Tidak ingin kehilangan banyak waktu, petugas akhirnya mendobrak pintu, mendapat pasien telah tergeletak di lantai kamar mandi.
Kondisi pasien saat itu kritis, sesak nafas, dan tanda vital menurun. Dokter dan perawat berjuang menstabilkan kondisi pasien. Resusitasi Jantung Paru (RJP) dilakukan petugas medis.
Tidak berselang lama, pria berusia 60 tahun itu pun dinyatakan meninggal dunia, pukul 12.59 Wita.
Sudah 9 hari LMY dirawat di RSUD Kanujoso Djatiwibowo. Kondisinya memang cukup buruk. Memiliki riwayat jantung dan diabetes, kondisi itu diperparah dengan statusnya yang terkonfirmasi positif Covid-19.
Virus mematikan asal Wuhan itu menjangkiti dirinya, diduga usai mengikuti kegiatan pertemuan ulama Asia, Ijtima 2020 di Gowa, Sulawesi Selatan.
"Yang bersangkutan adalah pasien dari klaster acara Ijtima Ulama Dunia 2020 Zona Asia di Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan," kata Wali Kota Balikpapan, Rizal Effendi, saat memberi keterangan pers di Balikpapan, Minggu sore (29/3/2020).
LMY merupakan warga Kalimantan Selatan. Namun sepulang dari kegiatan Ijtima Gowa, ia memutuskan berkunjung ke Balikpapan.
Di Kota Minyak, kondisi kesehatannya menurun. Pada 20 Maret 2020, ia masuk rumah sakit, dan ditetapkan sebagai PDP. Pada 21 Maret masuk ke ruang isolasi.
LMY akhirnya dimakamkan di Balikpapan mengikuti protokol penanganan jenazah Covid-19 dari Kemenkes dan Kemenag RI.
"Jadi protokol pemakaman hanya beri waktu empat jam dan langsung dimakamkan di sini," ungkapnya.
Meninggalnya salah satu pasien positif Covid-19 di Balikpapan, membuat Ijtima Gowa, menjadi klaster penyebaran corona baru yang perlu mendapat perhatian serius.
Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Kaltim, mulai bergegas melakukan pendataan peserta Ijtima yang berangkat asal Kaltim.
Dari data yang dimiliki panitia Ijtima 2020 Gowa, jumlah peserta asal Bumi Mulawarman mencapai 1.642 orang. Angka ini menjadi salah satu yang terbesar di Indonesia.
Bak bom waktu, bila tidak ditangani lebih dini, klaster ini bisa saja menimbulkan ledakan jumlah pasien positif Covid-19 di Kaltim. (*)
Semua Dimulai dari Sini
Tablig akbar bertemakan Ijtima Zona Asia 2020, sedianya digelar di Pakkatto, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan pada 19-22 Maret 2020.
Namun waktu pelaksanaan berada dalam masa pandemi Covid-19, acara tersebut akhirnya dibatalkan satu hari sebelum Ijtima dilaksanakan.
Ijtima Dunia Zona Asia 2020 ini resmi batal setelah terjadi koordinasi yang alot antara panitia dan Pemerintah Kabupaten Gowa.
"Alhamdulillah, akhirnya sepakat Ijtima dunia ditunda atau dibatalkan pelaksanaannya," kata Bupati Gowa, Adnan Purichta, dalam keterangan tertulisnya, Rabu 18 Maret 2020 malam.
Acara boleh batal. Namun di Gowa, telah hadir ribuan jemaah yang sudah datang ke lokasi. Mereka datang dari berbagai daerah di penjuru Indonesia bahkan hingga luar negeri.
"Sudah hampir 9000 jamaah catatan sementara. Ada dari Lampung, Jambi, Magelang, dan banyak lagi," kata Andi Abdillah Beso Manggabarani, Koordinator Mobilisasi dan Transportasi Ijtima Dunia Zona Asia 2020.
Menurut data panitia Ijtima Dunia Zona Asia 2020, jemaah yang datang dari Kaltim mencapai 1.642 orang. Kedatangan jemaah asal Kaltim, meliputi jalur laut dan udara.
Data jumlah peserta Ijtima Dunia Zona Asia 2020, dari berbagai daerah di Indonesia:
Setelah melakukan penelusuran lebih lanjut terhadap peserta Ijtima Gowa, yang pulang ke Kaltim, redaksi Diksi.co, berhasil memperoleh keterangan singkat dari salah satu peserta pertemuan ulama tersebut.
(Untuk alasan privasi, Diksi.co merahasiakan nama dan alamat jemaah tersebut. Selanjutnya jemaah tersebut akan diberi inisial A)
A, mengaku kembali ke Samarinda, melalui Bandara APT Pranoto Samarinda, pada tanggal 19 Maret 2020. Dirinya tidak mengetahui secara rinci berapa jumlah peserta asal Kaltim, yang berangkat ke Sulsel. Namun saat pulang, bandara dipenuhi peserta Ijtima yang pulang ke Bumi Mulawarman.
Setibanya di Samarinda, A lalu melaporkan diri ke fasilitas kesehatan terdekat. Usai melakukan pemeriksaan medis, A ditetapkan ODP dan menjalani karantina mandiri di rumah.
"Sudah lapor pas pulang, disuruh isolasi mandiri di rumah selama 14 hari," katanya, melalui pesan WhatsApp.
A mengaku kondisinya baik, hingga menyelesaikan masa inkubasi virus selama 14 hari. Saat ini, ia telah menyelesaikan masa pemantauan dengan keadaan sehat.
"Kondisi alhamdullialah sehat," lanjutnya.
Redaksi Diksi, juga berhasil mengkonfirmasi jemaah Ijtima Gowa lainnya (selanjutnya berinisial B).
Tidak seperti A yang langsung melaporkan diri, B justru mengaku takut melapor. Alasannya tidak ingin dikucilkan dari lingkungan masyarakat. Namun berkat hasil tracing dari Dinas Kesehatan Samarinda, B akhirnya didata, dan ditetapkan sebagai Orang Dalam Pemantauan (ODP).
"Tadi pagi sudah didata Babinkamtibmas dan ketua RT setempat. Diminta isolasi diri di rumah, selama 14 hari," ungkapnya. (*)
Tracing yang Melelahkan