DIKSI.CO, SAMARINDA - Samarinda Seberang tak bisa dilepaskan dari perkembangan Kota Samarinda secara keseluruhan.
Di tanah Seberang terdapat makam La Mohang Daeng Mangkona yang merupakan pendiri Samarendah, cikal bakal Kota Samarinda.
Di tanah Seberang juga terdapat Masjid Shirathal Mustaqiem, rumah ibadah yang menjadi cagar budaya karena kekhasan arsitekturnya. Dibangun di masa pemerintah Sultan AM Sulaiman di akhir abad 18 lalu. Hingga kini bangunan masjid yang berada di Jalan Pangeran Bendahara, Kelurahan Masjid, Samarinda Seberang itu, masih asli dan asri, seperti saat pertama kali dibangun.
Tak cukup di situ, di tanah Seberang juga terdapat rumah adat. Rumah tua milik warga setempat yang telah dibebaskan dan dipugar pada masa kepemimpinan wali kota almarhum Achmad Amins.
Rumah adat tersebut kini dijadikan sebagai pusat produksi sarung tenun samarinda, produk khas Samarinda yang telah mendunia. Sebelum dipugar, generasi terakhir yang mendiami rumah tua tersebut memang menjadikan tempat itu sebagai produksi sarung tenun sekaligus tempat jual-beli.
Sadar akan kekhasan dan keunikan itu, calon wali kota Samarinda nomor urut 2, Andi Harun menaruh perhatian serius untuk menjaga kelestarian peninggalan budaya di tanah Seberang. Menurut Andi Harun, masyarakat adat di Samarinda Seberang harus dilindungi dan tidak boleh dipinggirkan untuk menjaga tradisi-tradisi yang akan menjadi kekayaan budaya.
Samarinda Seberang menjadi awal peradaban di Kota Samarinda Seberang. Kata Andi Harun, membangun Samarinda Seberang khususnya di wilayah Kelurahan Tenun, Kelurahan Baqa dan Kelurahan Masjid yang menjadi kawasan wisata, perlu kehati-hatian.
Jangan sampai membuat atas nama pembangunan, ciri khas kawasan itu menjadi pudar.
“Yang perlu dijaga adalah kekhasannnya. Ini menjadi potensi wisata yang luar biasa,” ungkapnya.
Ditambah adanya dermaga Jembatan Aji yang merupakan tempat perahu tambangan -kapal legendaris yang menjadi sarana transportasi di Sungai Mahakam- wisata di Samarinda Seberang, kata Andi Harun perlu diintegrasikan.
“Artinya, antara satu desitanasi dengan destinasi lainnya harus disenergikan. Antara kekayaan budaya dan ciri khas bangunan serta hasil kerajinannya juga harus dipadukan,” ungkap Andi Harun yang keluarga besarnya masih bermukim di sekitar kawasan itu.
Dengan demikian, lanjut Andi Harun, wisata di Samarinda Seberang memiliki daya tarik di mata wisatawan lokal dan manca.
“Yang sekarang perlu dilakukan adalah mendeteksi sejumlah kekurangan fasilitas. Ini menjadi tugas pemerintah dan wali kota selanjutnya. Komitmen kami membangun Samarinda Seberang dimulai dari membenahi potensi wisata yang dimiliki,” ungkap AH, sapaan akrabnya. (tim redaksi Diksi)