DIKSI.CO - Pandemi corona membuat Pertamina terpukul dari sisi hulu sampai hilir. Di sisi hulu, perseroan harus memangkas biaya operasi akibat anjloknya harga minyak. Sementara di sisi hilir, konsumsi terus mengalami penurunan dan terendah sepanjang sejarah.
Direktur Utama PT Pertamina Nicke Widyawati memaparkan penurunan konsumi BBM untuk produk premium dan pertaseries mencapai 16,78% per hari dibanding Januari dan Februari 2020. Untuk Jakarta, lanjut Nicke, penurunan konsumsi BBM lebih anjlok lagi mencaopai 59% dibanding kota-kota lain.
"Situasi yang belum pernah terjadi, ini sales terendah sepanjang sejarah Pertamina," jelasnya, saat Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi VI DPR RI, Kamis (16/4/2020).
Dengan situasi penjualan yang lesu, di hulu juga tak kalah berat ujiannya. Harga minyak terus terusan merosot, sehingga Pertamina perlu melakukan efisiensi di beberapa proyek hulu, apalagi perusahaan juga memangkas belanja modalnya. Perlu dicatat, penurunan harga minyak Indonesia (ICP) berdampak hingga 40% ke bisnis hulu Pertamina.
Akibatnya, eksplorasi untuk sumur baru dilakukan penundaan, langkah ini diambil untuk menurunkan biaya investasi, sehingga produksi bisa tercapai sesuai target. "Inisiatif di pengolahan kami turunkan kapasitas operasi," curhat Nicke.
Nicke menyebut penurunan ini dilakukan seiring dengan demand yang terus turun, dalam skenario akhir bakal diturunkan 15%. Nicke mencontohkan ada hal-hal yang perlu dikorbankan oleh Pertamina, mulai April ini secara bertahap kilang Balikpapan akan dilakukan penyetopan baik untuk unit 1 dan unit 2.
"Di awal Mei semua kilang Balikpapan stop," tegasnya.
Momen ini akan dimanfaatkan untuk pemeliharaan beberapa kilang. Demi efisiensi perlu dilakukan perencanaan dan pengelolaan crude, pihaknya akan memaksimalkan storage yang ada. "Kalau tetap serap ini berat, crude impor murah saat tepat meningkatkan stok untuk turunkan HPP," tuturnya.
Lebih lanjut Nicke menerangkan, dampak dari Covid-19 juga menyebabkan BBM solar dan avtur penjualanya anjlok. Bahkan untuk avtur stoknya cukup untuk 119 hari, di mana angka penurunannya mencapai 60%. Nicke menyebut ada peluang untuk melakukan ekspor pada komoditas ini.
Melalui ekspor, jelas Nicke, perusahaan bisa menambal pendapatan akibat anjloknya penjualan BBM. Sampai dengan Maret 2020, perusahaan mencatat penjualan BBM anjlok di atas 34%. Nicke menyebut penurunan ini terendah sepanjang sejarah.
"Untuk tambah revenue dan juga mengurangi stok yang ada di perusahaan," jelas Nicke. (*)
Artikel ini telah tayang di cbncindonesia.com dengan judul "Terdampak Corona, Pertamina Terpaksa Setop Kilang Balikpapan" https://www.cnbcindonesia.com/news/20200416183140-4-152504/terdampak-corona-pertamina-terpaksa-setop-kilang-balikpapan
Kolaborasi Diksi.co Group X Aku Mantap