DIKSI.CO, SAMARINDA - Seorang anak laki-laki bernama Mustofa berusia 13 tahun, yang dulunya sehat dan ceria, kini hanya dapat berbaring di tempat tidur. Lantaran dirinya sedang berjuang melawan penyakit tumor tulang ganas stadium akhir.
Sangat disayangkan penyakit tumor ganas yang perlahan mengubah hari-hari Mustofa itu tidak diketahui lebih awal oleh keluarga.
Diberitakan ayah Mustofa, kejadian bermula dari kegiatan ekstrakurikuler sekolahnya, Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 22 Samarinda. Pada awal bulan Febuari lalu, Mustofa meminta izin kepada orangtuanya untuk mengikuti olahraga futsal sebagai salah satu syarat pengambilan nilai ujian praktik.
Usai berolahraga bersama teman-teman sebayanya, setibanya di rumah, Mustofa yang duduk di bangku kelas 1 itu mengeluh keram di bagian paha sebelah kanannya, orangtua Mustofa mengira hanya keram biasa, ayah Mustofa pun berinisiatif memijat kaki anak lelakinya tersebut.
Hari-hari pun berjalan normal seperti biasa. Meskipun dengan keadan kakinya yang keram, Mustofa tak pernah sekalipun meninggalkan sekolahnya, ia selalu hadir ke sekolah dengan kaki yang sedikit pincang. tak lama berselang, keadaan mustofa mulai memburuk, sebab muncul benjolan di mata sebelah kirinya.
Melihat benjolan yang makin hari makin membesar ayah Mustofa yang bernama muhammad Romli mengajak anaknya berobat di RSUD AW Sjahranie Samarinda. Namun, saat dilakukan pemeriksaan darah, tak ditemukan adanya penyakit hingga mustofa dan ayahnya pulang kembali ke rumah.
Selama kurang lebih satu bulan, Mustofa dan ayahnya berulang kali pergi ke rumah sakit untuk memeriksakan mata dan paha anaknya yang kian hari makin membesar.
"Dari poli mata, poli ortopedo (tulang), namun hasilnya sama, tak ditemukan penyakit apapun, namun salah seorang dokter rumah sakit menyuruh saya untuk melakukan pemeriksaan di Lab Nuklir agar bisa mediagnosa penyakit anak saya," tutur ayah Mustofa saat ditemui di kediamannya, Jumat (1/5/2020).
Ayahnya pun kembali membawa anak laki-lakinya itu untuk diperiksa di laboratorium yang telah direkomendasikan oleh dokter sebelumnya. Hingga setelah hasil labnya keluar, betapa terkejut ayah dan ibu Mustofa yang mengetahui bahwa anaknya menderita penyakit tumor tulang ganas.
Butuh waktu 2 minggu, menyiapkan mental Mustofa untuk mengetahui penyakit yang ia derita.
"Saya gak menyangka anak saya kena penyakit seperti ini," ucap Mariam, Ibu Mustofa, sambil menangis saat diwawancara awak media.
Sejak diketahui menderita tumor ganas, Mustofa langsung dirawat di Unit Gawat Darurat (UGD) RSUD AW Sjahranie Samarinda. 12 hari menjalani perawatan, keadaan mata Mustofa semangkin hari semakin membesar dan membuat kedua matanya tak lagi dapat melihat.
Lantaran tak dapat tindakan medis lagi dari pihak rumah sakit, orangtua Mustofa sepakat untuk membawa pulang anaknya.
"Selama di rumah sakit, Mustofa sering mengeluh sakit, namun selama di rumah anak saya tidak pernah mengeluh sakit lagi. di rumah sakit juga sudah tidak ada tindakan lanjut, hanya sekadar beri obat, jadi lebih baik kami pulang," tutur ayah Mustofa.
Selama dirawat di rumah keadaan Mustofa semakin parah, benjolan di matanya makin membesar, dan timbul benjolan-benjolan lainya di bagian kepala Mustofa.
Namun, Romli, ayah Mustofa, bersyukur selama musibah tersebut banyak dermawan datang membantu memberikan sumbangan untuk pengobatan Mustofa. Hal ini diakuinya sangat membantu, lantaran ia hanya seorang buruh becak di Pasar Segiri dan sering tak kerja lantaran mengurus anaknya.
"Selain bantuan pihak sekolah, Wali Kota Samarinda Syaharie Jaang pun turut membantu dan menyuruh Mustofa dirawat Rumah Sakit Siaga Almunawwarah Ramania Samarinda untuk mendapatakan tindakan medis lebih lanjut," ucapnya.
Mustofa pun dibawa ke sana, dokter rumah sakit menyarankan agar mengamputasi kaki Mustofa. Namun melihat kondisi anaknya yang sangat lemah, Romli mengurungkan niatnya untuk melakukan amputasi tersebut.
"Biar diamputasi kaki anak saya tetap juga benjolan yang di kepalanya gak akan hilang, ditambah lagi kondisinya sangat lemah saat ini," ucapnya.
Dua hari berada di Rumah Sakit Siaga, Mustofa pun dibawa kembali pulang oleh orangtuanya. Saat ini, ayah dan ibu Mustofa hanya berharap ada pengobatan lain selain mengamputasi kaki anak yang sangat mereka sayangi itu.
"Semoga aja ada bantuan entah itu berbentuk pengobatan alami atau herbal yang bisa menyembuhkan penyakit anak saya," harap Mariam.
Saat ini, kondisi Mustofa semakin melemah, sudah 3 hari Mostofa tidak lagi dapat menelan makananya, lantaran saluran pernapasnya terganggu hingga membuat badannya semakin kurus. (tim redaksi Diksi)