DIKSI.CO, SAMARINDA - Kasus pandemi yang kian meroket banyak meninggalkan cerita pilu. Seperti kejadian yang belum lama ini menyayat hati warga Kota Tepian. Yang mana pada Jumat (16/7/2021) kemarin, sekira pukul 21.00 Wita seorang pria berinisial TH (48) menghembuskan nafas terakhirnya di dalam mobil ambulans sebab tak mendapatkan perawatan rumah sakit.
Diceritakan Nanang Arifin, Ketua Relawan Papadaan pada hari kejadian sekira pukul 18.30 Wita dirinya mendapatkan telepon dari layanan call center 112 untuk bantu melakukan evakuasi kepada TH yang tinggal seorang diri di rumah kontrakan, Gang 10, RT 10, Jalan Lambung Mangkurat, Kelurahan Pelita, Kecamatan Samarinda Ilir.
"Kenapa kami melakukan evakuasi, karena saat itu petugas 112 sedang menangani pasien covid (Covid-19) lainnya. Dan kebetulan juga, almarhum ini tinggal satu lingkungan sama kami," tutur Nanang bercerita.
Berbekal informasi, jika TH mengalami keluhan kesehatan seperti demam, sakit kepala dan pilek Relawan Papadan yang berjumlah tiga orang kala itu melengkapi diri dengan mengenakan pakaian hazmat.
"Gejala keluhan ini kan mengarah ke dugaan itu (Covid-19) dan kami antisipasi jadi pakai APD (alat pelindung diri) lengkap," kata Nanang.
Selain itu, lanjut Nanang, ia juga mendapatkan informasi dari warga sekitar jika TH sejak lima hari terakhir telah melakukan isolasi mandiri (isoman) di kediamannya.
(Akhirnya, sekitar pukul 18.30 Wita kami melakukan perjalanan menuju rumah sakit umum (RSUD AW Sjahranie)," jelasnya.
Setibanya di RSUD AW Sjahranie, Nanang beserta dua rekannya terkejut sebab pihak sekuriti rumah sakit berplat merah itu dengan tegas menolak kedatangan mereka, sebab ruangan perawatan sedang penuh.
Tak pasrah begitu saja, Nanang coba meminta agar sekuriti lebih dulu mengkomunikasikan ke atasannya. Lantaran kondisi TH yang sudah dalam keadaan kritis dan tak lagi bisa menunda perawatan medis.
"Sekuriti itu sempat telpon gitu di dalam. Kemudian dia keluar lagi dan bilang di sini sudah penuh silahkan ke rumah sakit lainnya," lanjutnya.
Mendengar hal tersebut, Nanang bersama dua rekannya langsung bergegas menyalakan mesin kendaraan roda empatnya dan langsung menuju Rumah Sakit SMC. Namun setibanya di rumah sakit kedua ini, sekira pukul 19.20 Wita Nanang kembali mendapat penolakan serupa dari sekuriti setempat.
"Di SMC juga ditolak, katanya karena ruangan penuh dan obat-obatan sudah habis," sebutnya.
Tak putus asa, Nanang bersama dua rekannya kembali tancap gas dan bergegas menuju RSUD IA Moeis yang berlokasi cukup jauh dari RS SMC. Di rumah sakit ketiga ini, Nanang kembali mendapat penolakan dengan alasan serupa.
Melihat kondisi TH yang semakin kritis dan nafas yang tersengal-sengal, Nanang lantas meminta seorang anggotanya kembali memasuki ruangan RSUD IA Moeis untuk meminta bantuan pertama berupa suplai tabung oksigen.
"Dikatakan habis oksigen, saya kaget. Apalagi melihat almarhum semakin kritis. Karena evakuasi ini berdasarkan rujukan 112, akhirnya kami minta petugas rumah sakit untuk lakukan pemeriksaan lebih lanjut," kata Nanang.
"Terus datang dua orang petugas rumah sakit ke ambulans kami. Mereka pasang alat gitu, dan dinyatakan almarhum sudah meninggal saat itu," kata Nanang lagi.
Sementara itu, Ketua RT 10 bernama Iwan yang juga dijumpai media ini, saat itu langsung menelpon pihak keluarga TH untuk mengabarkan kondisi duka tersebut. TH diketahui merupakan warga Desa Maluhu, RT 17, Kecamatan Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara (Kukar) yang coba mengadu peruntungan di Kota Tepian.
Singkat cerita, keluraga yang telah mendapat kabar bergegas menuju RSUD IA Moeis. Sekira pukul 21.00 Wita, jenazah akhirnya diturunkan dari mobil ambulans Relawan Papadaan untuk segera dimulai proses pemakamannya.
Kepada media ini, Iwan selaku Ketua RT 10 menuturkan jika informasi yang ia dapat dari mantan istri TH, yang juga merupakan warga Kukar mengatakan jika almarhum dikebumikan pada Sabtu (17/7/2021) kemarin di pedalaman pasien Covid-19 Tenggarong, tepatnya di kawasan Bukit Biru.
"Jenazah dimakamkan di pemakaman covid. Alasan istrinya daripada enggak ada yang ngurus. Dia ngomong itu pas telpon saya siang harinya," jelas Iwan.
Lebih jauh Iwan bercerita, jika TH telah bermukim di Gang 10 sejak dua bulan terakhir. Ia dikenal sebagai sosok yang pendiam. Bahkan beberapa waktu terakhir, TH sempat tak lagi terlihat batanf hidungnya.
Curiga dengan keadaan TH, Iwan bersama warga lainnya lantas membuka paksa kediaman TH. Benar saja dugaan mereka, sebab TH ditemukan terkapar dilantai dengan kondisi tak lagi berdaya.
"Ya sekarang ini baru berani kami buka rumahnya lagi (setelah dua hari). Berhubung juga kondisi panas terik, dan kami antisipasi lakukan penyemprotan disinfektan di sini," pungkasnya. (tim redaksi Diksi)