DIKSI.CO, SAMARINDA - Yayasan Bina Antarbudaya bekerja sama dengan American Field Service (AFS) menggagas program pertukaran pelajar.
Wali Kota Samarinda Andi Harun menyambut baik program tersebut.
Bahkan Andi harun siap membantu pelajar yang kemampuan ekonominya kurang.
Hal itu disampaikan Andi Harun saat menerima kunjungan Yayasan Bina Antarbudaya didampingi kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Samarinda Asli Nuryadin.
“Saya membantu dan mendukung minimal satu orang dulu, dengan syarat kemampuan ekonominya kurang, kita akan membantu pembiayaannya. Jangan sampai ketika sudah lolos dan anak itu benar-benar memiliki potensi tapi karena tidak ada biaya, akhirnya gagal,” ujar Andi Harun.
Andi Harun juga menyambut positif kehadiran pelajar dari Polandia, Maria yang akan melaksanakan program bina antarbudaya di Kota Samarinda selama tiga bulan.
“Nanti Maria akan kita libatkan pada kegiatan kebudayaan yang masuk di agenda protokol Pemkot Samarinda,” ungkapnya.
Sementara itu, Ketua harian Yayasan Bina Antarbudaya Chapter Samarinda Desy Rusmawaty menjelaskan, misi Bina Antarbudaya adalah menciptakan pemimpin masa depan yang memiliki pribadi berkualitas, berprestasi, memiliki visi, empati sosial dan nasionalisme serta berwawasan internasional.
“Melalui berbagai program yang diselenggarakan, diharapkan dapat terjalin pemahaman dan persahabatan sehingga tercipta dunia yang lebih damai dan adil. Mereka inilah agen perdamaian dunia,” tutur Desy alumni program AFS Australia tahun 97-98.
Desy mengaku sedih terhadap peserta tahun lalu telah lolos seleksi, namun tidak ada biaya sehingga gagal mengikuti program pertukaran pelajar.
“Kita sudah mengajukan permohonan melalui anggota DPR RI, kemudian ke perusahaan-perusahaan, karena alasan Covid-19 tidak mendapatkan bantuan. Padahal anak itu sangat potensial,” ujar Desy.
Dosen Universitas Mulawarman (Unmul) ini menuturkan, ketika mengirim anak mengikuti program AFS sama halnya dengan investasi pembangunan di masa depan.
“Biaya yang diperlukan untuk program AFS dalam satu tahun berkisar Rp200-250 juta,” bebernya.
Lebih lanjut, Koordinator Public Relations Yayasan Bina Antarbudaya Samarinda Nabila Nandini menambahkan Samarinda sebagai salah satu chapter tertua di Kalimantan telah melakukan seleksi dan mengirimkan pelajar asal Kaltim ke luar negeri sejak tahun 1982.
“Bina Antarbudaya Samarinda adalah mitra strategis dari berbagai pihak yang memiliki visi untuk memajukan pendidikan dan pembangunan SDM di wilayah Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara,” katanya.
Menurutnya, Yayasan Bina Antarabudaya berkomitmen ingin memotivasi generasi muda untuk dapat bersekolah ke luar negeri hingga memiliki pengalaman internasional. (Advertorial)